Sebagian besar masyarakat di lereng Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali memelihara sapi sebagai mata pencaharian utama dalam menopang kehidupan keluarga,namun ternyata mereka enggan memindahkan hewannya karena status Gunung Agung kini adalah awas.
Masyarakat begitu sayangnya terhadap ternak peliharaannya, mengakibatkan sebagian warga enggan mengungsi, meskipun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sejak 22 September lalu telah meningkatkan status aktivitas vulkanik Gunung Agung dari Siaga (level III) menjadi Awas (level IV),
Dengan demikian wilayah steril yang semula radius enam kilometer dari puncak gunung itu diperluas menjadi sembilan kilometer, serta ditambah perluasan wilayah sektoral yang semula 7,5 kilometer menjadi 12 kilometer ke arah utara, timur laut, tenggara dan selatan-barat daya.
Dalam kawasan yang berbahaya dalam radius 12 kilometer dari Gunung Agung harus dikosongkan, termasuk ternak peliharaan masyarakat, sebagai upaya menghindari kerugian dihadapi peternak, seandainya terjadi letusan atau erupsi.
Evakuasi ternak sapi juga telah dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi, namun ada masyarakat yang enggan memindahkan sapinya ke tempat pengungsian, dengan dalih di tempat tinggalnya itu masih aman, meskipun pemiliknya telah mengungsi.
Gusti Win (50), salah seorang warga Desa Pering Sari, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali mengaku harus bolak balik dari pengungsian di GOR Suwecapura Kabupaten Klungkung yang berjarak sekitar 20 km untuk mengurus dan memberikan rerumputan ternak piaraannya.
Hal itu sudah dilakoninya sejak dua minggu lalu sejak status Gunung Agung ditingkatkan dari level III (siaga) menjadi level IV Awas.
Gusti Win yang seluruh anggota keluarganya mengungsi itu mengaku bersama warga lainnya terutama laki-laki pulang ke rumah untuk merawat ternak maupun mencari ketela pohon sebagai bekal di tempat pengungsian, meskipun kebutuhan pangannya telah ditanggung.
Desa Pering Sari, Kecamatan Selat merupakan salah satu dari 28 desa yang masuk daerah rawan bencana dari 78 desa yang ada di Kabupaten Karangasem.
Meskipun demikian setiap hari harus datang ke desa untuk merawat ternak piaraan, karena menjadi sumber penghidupan keluarga.
Ayah dua putra dan seorang putri itu mengaku tetap mempertahankan tiga ekor sapi peliharaan sebagai antisipasi kebutuhan keluarga di masa-masa mendatang.
Ketika peningkatan status Gunung Agung dari level III ke level IV itu masyarakat di Desa Pering Sari menjadi panik banyak warga menjual sapi piaraannya dengan harga yang miring.
Banyak tengkulak dari Gianyar dan Klungkung yang datang membeli ternak warga satu ekor sapi dibeli dengan harga Rp3,5 juta sampai Rp5 juta/ekor, padahal harga pasar bisa di atas Rp10 juta per ekor.
Sekitar 15.000 ekor
Sementara Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan, pihaknya mempercepat proses evakuasi ternak sapi milik para pengungsi Gunung Agung, khususnya di kawasan rawan bencana sekitar 15.000 ekor.
Bekerja sama dengan instansi terkait yakni Kementerian Pertanian, Dinas Peternakan, TNI, BPBD dan Pemkab Karangasem sedang bekerja keras untuk melakukan proses evakuasi ternak sapi ke tempat yang aman.
Pemkab Karangasem telah mengupayakan lahan seluas 300 hektare di zono yang aman tersebar di beberapa titik untuk menampung ternak milik pengungsi.
Jajaran Kodim 1623 Karangasem juga berencana menambah truk dan tenaga untuk membawa ternak sapi dari Gunung Agung ke tempat yang aman dan kini telah berhasil mengevakuasi 10.000 ekor.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita ketika meninjau pembangunan Pasar Badung di jantung Kota Denpasar, mengaku tidak mampu membeli sapi milik warga pengungsi Gunung Agung, karena tidak memiliki dana untuk anggaran pos tersebut.
Meskipun demikian pihaknya bisa menjadi regulator agar sapi petani di daerah ujung timur Pulau Bali itu bisa diserap dan dapat menikmati keuntungan.
Untuk itu, Kementerian Perdagangan segera bekerja sama dengan Kementerian Pertanian agar peternak lereng Gunung Agung itu bisa mendapatkan keutungan dan kebutuhan daging lokal bisa terserap.
Politisi Partai Nasdem itu belum bisa memastikan kapan rencana itu bisa terlaksana, namun secepatnya akan membahas dengan Menteri Pertanian.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengusulkan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita untuk membeli sapi ternak milik pengungsi Gunung Agung di Provinsi Bali.
Hal itu karena kebutuhan daging sapi secara nasional masih mengalami kekurangan 840.000 ton sehingga menjadi solusi tepat karena pusat masih kekurangan daging sapi.
Dengan demikian masyarakat di lereng Gunung Agung dapat mengungsi dengan tenang karena sapinya sudah dibeli.
Sementara Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil mengingatkan hujan yang mengguyur kawasan Gunung Agung belakangan ini tidak mempengaruhi aktivitas vulkanik gunungapi itu.
Adanya hujan diperkirakan tidak menggerus lapisan kawah gunung, karena aktivitas magma di dalam perut gunung yang dapat menggerus lapisan di atasnya termasuk lapisan kawah.
PVMBG hingga Sabtu (7/10) menyatakan melalui pengamatan visual terlihat asap kawah bertekanan lemah dan berwarna putih serta kelabu dengan intensitas sedang dan tinggi sekitar 200 meter di atas kawah puncak.
Sedangkan aktivitas kegempaan tercatat untuk vulkanik dangkal mencapai 65 kali, vulkanik dalam 125 kali dan tektonik lokal 25 kali. (WDY)
Enggan Pindahkan Sapi Walau Gunung Agung Status "Awas"
Minggu, 8 Oktober 2017 21:50 WIB