Karangasem (Antara Bali) - Petugas atau "prajuru" Pura Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali tetap melaksanakan ritual "Mapepada" atau korban suci berbagai jenis binatang meskipun wilayahnya masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB).
"Selain `Mapepada`, juga dilaksanakan ritual khusus `Nedunang` atau menurunkan `Ida Bhatara` sebagai manifestasi Tuhan sebagai para dewata pelindung umat," kata Pemangku (Pemimpin Ritual) Pura Penataran Agung Besakih, I Gusti Mangku Jana, Rabu.
Rangkaian ritual tersebut memang dilaksanakan setiap tahun sekaligus merupakan bagian dari ritual "Loka Phala" untuk menstabilkan alam semesta baik secara mikro (manusia) dan makro (dunia).
Dengan status Gunung Agung pada level awas, pelaksaaan ritual digelar lebih sederhana dan hanya melibatkan petugas adat dan pemangku lokal di wilayah Besakih saja.
Jero Mangku tetap mengimbau kepada seluruh umat Hindu di Pulau Dewata untuk berdoa dan bersembahyang pada hari Purnama keempat yang jatuh pada (5/10) esok. Persembahyangan dapat dilaksanakan di Pura keluarga masing-masing.
"Mari bersama-sama berdoa agar jagad Bali tetap tentram dan damai. Umat yang ingin bersembahyang tidak harus datang ke Besakih, tetapi bisa `ngastiti` dari `Rong Tiga` masing-masing," kata dia sembari menegaskan imbauan dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali.
Sementara itu, rangkaian upacara pada (5/10) didahului pemujaan oleh Sulinggih (orang suci), selanjutnya dilakukan dengan persembahyangan bersama.
"Persembahyangan bersama pun hanya diikuti prajuru lokal saja yakni para pemangku dan pengayah di Pura Besakih," terang Jero Mangku.
Video oleh Bagus Andi Purnomo