"Ternak saya letakkan di rumah saja supaya gampang mencarikan rumput. Kalau di pengungsian agak kesulitas cari rumput," kata warga Desa Pempatan, Rendang, Made Winada (24), di Karangasem, Selasa.
Sejak (22/9), dirinya bersama keluarga telah mengungsi di wilayah Desa Kintamani yang berjarak sekitar 5 kilometer dari arah rumahnya. Keadaan tersebut mengharuskannya pulang-pergi untuk memberi makan ternak setiap hari.
Made mengaku tidak terlalu khawatir dengan meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Agung yang saat ini berstatus Awas atau Level IV. Terlebih sebagian besar kegiatan dilaksanakan pada siang hari.
"Memang kalau siang aman-aman saja. Kalau malam baru agak was-was," kata Made sembari mengungkapkan desanya termasuk sentra penghasil ternak sapi di Karangasem.
Selain itu, Winada menilai pemerintah "gabeng" atau kurang jelas memberikan informasi terkait kondisi dan status Gunung Agung. Terlebih sampai saat ini keadaan masih aman-aman saja.
"Buktinya ketika sedang gawat-gawatnya pada (22/9) lalu banyak warga terpaksa terburu-buru mengungsi. Akibatnya banyak sapi dijual dengan harga sangat murah," papar dia.
Pihaknya mengaku tetap akan memelihara ternak di kebun. Meskipun seandainya Gunung Agung meletus.
"Tetap saya letakkan di rumah. Aman-aman saja selama ini. Jadi, juga kasihan kalau dijual karena harganya sangat murah. Kalau diungsikan juga jauh sekali," ujarnya.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Karangsem sebelumnya telah menyediakan beberapa lokasi pengungsian ternak sapi di berbagai wilayah di kabupaten tersebut.
Dinas Peternakan Kabupaten Karangasem memperkirakan jumlah sapi yang diungsikan antara 10.000-18.000 ekor. (WDY)
Video oleh Bagus Andi Purnomo