Nusa Dua (Antara Bali) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengusulkan agar kalangan perguruan tinggi di Tanah Air memiliki pusat kajian tentang ideologi negara sebagai upaya untuk mengakselerasi pemahaman nasionalisme generasi muda di tengah era digital.
"Sekarang generasi muda kita tidak cukup waktu untuk mencerna hal-hal yang fundamental termasuk ideologi negara. Oleh karena itu, perlu metodelogi tersendiri untuk memberikan pemahaman kepada mereka mengapa pentingnya Pancasila dan itu yang bisa dikaji lewat pusat kajian itu," kata Lukman Hakim saat menjadi narasumber dalam Seminar Kebangsaan Lembaga Pendidikan Tinggi sebagai Benteng Pancasila dan NKRI di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Senin.
Menurut dia, untuk memberikan pemahaman pada generasi muda tidak hanya lewat sosialisasi, tetapi lewat kajian menjadi suatu keniscayaan yang harus terus dilakukan, sehingga memantapkan pemahaman ideologi bisa relevan dalam konteks perubahan.
Lukman Hakim berpandangan, masyarakat Indonesia di tengah kemajemukan kini tidak hanya sebagai umat beragama, tetapi seakan telah menjadi umat digital.
"Masalahnya kita menghadapi era digital tanpa persiapan yang memadai. Kita juga bisa melihat tidak ada yang mengajarkan media sosial yang benar dan tidak ada yang memandu kita," ujarnya pada seminar yang dihadiri pimpinan perguruan tinggi dan perwakilan mahasiswa se-Indonesia itu.
Di sisi lain, dalam survei yang dilakukan pihaknya, dari tiga parameter yang diukur, ternyata parameter kerja sama masyarakat Indonesia sudah mulai memudar. Sedangkan parameter toleransi dan kesetaraan secara umum masih baik.
"Kerja sama yang mulai memudar ini merupakan sesuatu yang rentan, yang dapat mengancam eksistensi berkebangsaan," ucap Lukman Hakim.
Sedangkan terkait dengan radikalisme, lanjut dia, penyebabnya sangat kompleks dan diantaranya ada keterbatasan wawasan sehingga menjadi ekstrem terhadap paham radikal.
Sementara itu, Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila Yudi Latif mengatakan untuk memerangi radikalisme dapat dilakukan dengan mengembangkan keteladanan.
"Kita sebenarnya banyak punya teladan, tetapi sayangnya tidak pernah diungkap di ruang publik, karena yang diutamakan justru caci maki, mencemooh dan saling menegasi," ucapnya.
Untuk lebih memantapkan paham nasionalisme, semestinya sila-sila Pancasila harus diterjemahkan dalam berbagai institusi, baik institusi politik maupun ekonomi.
Sedangkan Prof H Ahmad Syafii Maarif mengharapkan kalangan perguruan tinggi agar mau bertindak, jangan hanya berwacana untuk melawan gerakan radikal.
"Perguruan tinggi tidak boleh lengah dan bersantai, karena masa depan bangsa sangat ditentukan dengan tindakan kita melawan terorisme," ujarnya.(WDY)