Denpasar (Antara Bali) - Sebanyak 50 siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Sragen, Jawa Tengah, mengadakan studi banding ke "Pak Oles Green School" (POGS) di Jalan Waribang, Kesiman, Denpasar Timur, untuk mendukung proses belajar mengajar siswa tersebut.
Kepala POGS Koendjoro Adijanto yang menerima rombongan siswa tersebut di Denpasar, Senin, menjelaskan tentang sejarah dan cikal bakal berdirinya Industri Obat Tradisional (IOT) PT Karya Pak Oles Tokcer (KPOT) yang berstandar BPOM itu.
Awalnya, ramuan Pak Oles dirintis di Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng tahun 1997 itu menghasilkan satu produk yakni Minyak Oles Bokashi, kemudian tahun 2000 berkembang menjadi Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT).
Seiring bertambahnya item produk yang dihasilkan, katanya, usaha juga berkembang menjadi Industri Obat Tradisional (IOT) PT Karya Pak Oles Tokcer (KPOT) yang berstandar BPOM.
Para siswa SMK secara rinci mendapat penjelasan terkait jenis produk yang dihasilkan IOTKPOT dari bahan baku yang digunakan hingga khasiat setiap produk.
Di atas hamparan kebun seluas 40 are (4.000 meter persegi) yang dikembangkan aneka jenis tanaman sebagai bahan baku pembuatan obat-obatan itu, para siswa dapat mengamati dan mencatat berbagai jenis tanaman berkhasiat obat yang telah dikelompokkan dengan rapi.
"Ternyata di sini banyak dikembangkan tanaman yang biasa kita lihat, namun tidak tahu kalau memiliki khasiat untuk kesehatan," ujar salah seorang siswa SMK Muhammadiyah Sragen.
Sementara itu, salah seorang guru SMK Sragen, Nita S.Far, Apt, menjelaskan, kunjungannya ke POGS untuk memperdalam materi yang sudah pernah diperoleh anak didiknya di sekolah.
"Siswa kami telah belajar tentang farmakognosi, salah satu ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami. Kehadiran kami ke sini lebih mengenal berbagai jenis produk yang telah dihasilkan Industri Pak Oles yakni bahan bakunya," ujarnya.
Nita yang juga ketua jurusan farmasi sekolah tersebut menjelaskan siswa kelas XI Farmasi Muhammadiyah selama ini belajar membuat bentuk persediaan obat tradisional, fitofarmaka dan farma setikadari simplisia (bahan segar atau dikeringkan).
"Selain membuat berbagai ekstrak dari temu-temuan, siswa kami juga telah membuat kopi dari berbagai jenis biji-bijian seperti biji salak dan pepaya," ujar Nita.
Ia mengharapkan dari studi banding ke POGS tersebut mampu menjadikan anak didiknya meniru Dr Ir Gede Ngurah Wididana, M.Agr yang akrab disapa Pak Oles menjadi seorang pengusaha dalam bidang obat-obatan herbal.
"Kami yakin peluang itu terbuka lebar, apalagi ditopang dengan kekayaan alam Indonesia yang berlimpah ruah, terutama tanaman obat-obatan, jumlah penduduk yang terus bertambah dengan kecenderungan masyarakat yang mulai meyakini khasiat berbagai tanaman obat serta jamu tradisional," ujar Nita. (WDY)
Siswa SMK Muhammadiyah Sragen Studi Banding ke Bali
Senin, 31 Juli 2017 12:06 WIB