Denpasar (Antara Bali) - Otoritas Jasa Keuangan mengatakan daya beli masyarakat di Bali yang menurun dinilai turut mempengaruhi kenaikan angka kredit bermasalah atau "nonperforming loan" (NPL) baik di bank umum maupun bank perkreditan rakyat.
"Memasarkan properti sekarang ada kendala karena daya beli berkurang," kata Kepala OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara Zulmi di Denpasar, Rabu.
Daya beli masyarakat tersebut, lanjut dia, juga mempengaruhi penjualan atau pelelangan aset dari debitur yang diambil alih bank karena tidak bisa segera laku atau membutuhkan waktu.
Zulmi kembali mengingatkan perbankan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian sebelum memberikan pembiayaan kepada calon debitur untuk menekan angka kredit bermasalah.
Ditargetkan BPR juga akan menerapkan sistem layanan informasi keuangan (SLIK) yang nantinya akan menggantikan sistem informasi debitur (SID) sebagai informasi rekam jejak calon debitur yang diharapkan menjadi salah satu instrumen dalam menekan NPL.
OJK mencatat kredit bermasalah bank umum per April 2017 mencapai 2,89 persen atau naik dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,71 persen.
Kredit bermasalah di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali tercatat paling tinggi per April 2017 mencapai 7,07 persen naik dari posisi Maret 2017 mencapai 6,71 persen.
Sementara itu realisasi kredit di Bali hingga April 2017 mencapai Rp79,1 triliun atau naik 1,45 persen jika dibandingkan posisi Desember 2016 yang mencapai Rp77,9 triliun. (WDY)