Denpasar (Antara Bali) - Para petani tanaman hortikultura di sekitar Danau Buyan, Kecamatan Buleleng, Bali, menyatakan kerugian yang cukup besar setelah lahan pertaniannya rusak akibat luapan air danau itu ditambah curahan hujan yang hampir tiada henti.
"Kebun murbai dan paprika saya hancur setengahnya sejak beberapa hari lalu. Di bawah air naik terus merendam murbai dan dari atas ditimpa hujan yang merobek atap rumah paprika," kata I Ketut Karyadi, salah seorang petani hortikultura di Desa Pancasari, yang dihubungi dari Denpasar, Kamis.
Kenaikan tinggi air Danau Buyan, katanya, bisa mencapai sekitar mata kaki dalam dua hari. Kenaikan air itu langsung merendam guludan-guludan tanaman murbai sehingga perakarannya busuk.
"Calon-calon buahnya juga rontok semua. Saya gagal panen besar-besaran, karena tidak tahu bagaimana caranya mengeringkan air," katanya.
Dua rumah paprikanya juga jebol atapnya karena terkena angin ribut beberapa malam lalu. "Atap berantakan semua sampai air hujan membanjiri tanah padahal saya memakai teknik hidroponik. Saya sampai bingung," katanya.
Perkiraan potensi kerugian yang dia derita akibat dua hal itu adalah sekitar Rp4 juta sebulan. "Itu angka bersih setelah dikurangi semua biaya. Saya juga ambil pinjaman dari satu bank perkreditan rakyat di sini selain modal sendiri," katanya.
Dia mengaku telah terikat kontrak dengan beberapa rumah makan dan pertokoan untuk menyediakan murbai dan paprika serta tomat. Pihak yang membeli hanya bersedia membeli buah-buahan itu dengan kualifikasi tertentu dan menolak buah yang kualitasnya di bawah standar.
Harga murbai kelas A, sebagai contoh, mencapai Rp40.000 per kilogram sementara kelas B dihargai Rp30.000. Dalam keadaan normal, dia mengaku, bisa memanen sekitar 25 kilogram murbai kelas A sementara paprika mencapai sekitar 30 kilogram setiap hari.
Danau Buyan alias Danau Bedugul yang letaknya berdekatan dengan Danau Tamblingan di perbatasan Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Tabanan, terus menaik sejak Februari lalu.
Debit air hujan meningkat luar biasa karena curah hujan yang di atas kelaziman puncak musim hujan tahunan.
Di ketinggian sekitar 1.398 meter dari permukaan laut, kawasan Danau Buyan dan Danau Tamblingan memberi nuansa wisata berbeda karena kesejukan dan panorama hijau berlatar perkebunan.
Kabut masih sering menyelimuti kawasan itu sebagai indikator kelestarian lingkungan yang masih cukup baik.
Menurut Karyada, paling tidak tujuh kepala rumah tangga yang juga adalah petani setempat, mengungsi dari rumahnya masing-masing karena luapan air Danau Buyan itu.
Bahkan, di satu rumah warga di desa itu, Dewa Made Raka, ketinggian air sudah mencapai dada orang dewasa. Lahan perkebunan tanaman hortikulturanya dipastikan hancur dan tidak bisa diusahakan lagi kecuali air bisa dikeringkan dari lahan itu.(*)