Denpasar (Antara Bali) - Warga masyarakat Desa Pakraman (Adat) Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali melakukan upacara ritual "Aci Ngusaba Pura Dalem" selama empat hari, 28 April hingga 1 Mei 2017.
"Upacara ritual `Ngusaba Pura Dalem`, yakni Pura Dalem Kupa dan Pura Dalem Nongan merupakan upacara yang dilakukan oleh warga masyarakat setiap tahun, tepatnya pada `pinanggal 4 hingga 6 Sasih Jiesta," kata Bendesa (Ketua) Adat Nongan, I Gusti Ngurah Wiryanata M.Si di Karangasem, Bali, Rabu.
Ia menjelaskan upacara ritual "Aci Ngusaba Dalem" tersebut berdasarkan "Awig-awig" (aturan) Desa Pakraman Nongan menyebutkan "Aci Ngusaba Dalem dan Ida Betara Dalem Memasar" ini telah dilaksanakan secara turun temurun di Desa Pakraman Nongan.
Pada mulanya melibatkan tiga "pengempon" (penyungsung) Pura Dalem, yaitu Pura Dalem Segah, Pura Dalem Kupa dan Pura Dalem Nongan.
"Pada tahun 1997, pascapemekaran Desa Pakraman Segah, ritual `Aci Ngusaba Dalem` ini hanya diikuti dua pengempon Pura Dalem yaitu Pura Dalem Kupa dan Pura Dalem Nongan," ujarnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, kata Ngurah Wiryanata, pada pelaksanaan "Ngusaba" tahun 2013 Prajuru (pengurus) Desa Pakraman Nongan berhasil menyusun dan melaksanakan "pemasupatian Awig-awig" Desa Pakraman Nongan.
"Pada saat itu juga dilaksanakan pemelaspasan dan peresmian Pura Pesamuhan Agung dan Pura Pengerubungan (Melanting)," ujarnya.
Ngurah Wiryanata lebih lanjut mengatakan Pura Pesamuhan Agung ini dibangun atas dasar aspirasi Krama Desa Pakraman Nongan terhadap eksistensi dan keberadaan Pura Puseh dan Bale Agung.
Pura yang sebelumnya merupakan tempat "Ida Betara Dalem Memasar" ini dikembangkan atau ditambah "ririg linggihnya" dengan gedong dan meru tumpang tiga sebagai manifestasi istana Ida Betara Brahma dan Ida Betara Wisnu / Pura Puseh dan Bale Agung. Begitu juga dengan Pura Pengerubungan (Melanting) sebagai istana Ida Betara Sri Rambut Sedana.
Ngurah Wiryanata mengatakan "Aci Ngusaba Desa (Dalem)" tersebut adalah salah satu bentuk upacara "yadnya" atau korban suci yang diyakini menjadi simbol perekat warga di Desa Pakraman Nongan, sekaligus sebagai media sakral untuk menanamkan nilai-nilai hidup dan kehidupan mulia, yakni "beryadnya" kepada Tuhan, alam dan sesama manusia.
Dikatakan, dalam Lontar Dewa Tattwa dan Lontar Usana Dewa menyebutkan bahwa upacara "Ngusaba bertujuan untuk mengajak krama (warga) desa ngemagehang bayun bhumi atau negtegang bayun tanah / pertiwi" atau mengajak warga menjaga alam semesta.
"Dalam hal ini `Ngusaba Dalem/Desa` esensinya membangun kebersamaan untuk memuja ibu pertiwi membangun spiritualitas dengan ditindaklanjuti memelihara kesuburan tanah. Tujuan utama pelaksanaan `Ngusaba Desa` adalah untuk kesuburan pertanian, tegaknya pemerintahan, damainya dunia dan tegaknya hati nurani dalam memelihara kebenaran serta menghindari perilaku penuh dosa," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Ngurah Wiryanata mengimbau kepada warga masyarakat pada Jumat (28/4) mulai pukul 08.00 - 16.00 Wita yang akan melewati Jalan Raya Besakih atau sembahyang ke Pura Agung Besakih untuk mencari jalan alternatif atau tidak melewati wilayah Nongan, karena dilakukan prosesi Melasti ke Taman Sari Toya Sah, dengan iring-iringan berjalan kaki sekitar delapan kilometer dari Pasar Nongan.
"Kami dari pengurus Desa Pakraman Nongan mengimbau kepada masyarakat yang akan melewati jalur Pura Besakih agar mencari jalan alternatif lain, karena prosesi upacara Melasti Ngusaba Dalem/Desa dengan berjalan kaki sekitar delapan kilometer dari tempat upacara di Nongan ke arah utara menuju pesucian Taman Sari Toya Sah. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan perjalanan lalu lintas tersebut," katanya. (WDY)
Warga Pakraman Nongan Gelar "Aci Ngusaba Dalem"
Rabu, 26 April 2017 13:24 WIB