Denpasar (Antara Bali) - PT Bank Mandiri Taspen Pos (Mantap) siap menerbitkan obligasi yang realisasinya diharapkan pada semester satu tahun 2017 dengan target senilai Rp2-3 triliun.
"Kami berencana tahun ini akan terbitkan obligasi. Sudah mulai diajukan perizinannya," kata Direktur Utama Bank Mantap Josephus K Triprakoso di Denpasar, Sabtu.
Josephus menjelaskan saat ini dari sisi pendanaan di bank tersebut tidak begitu sulit karena ada dua induk besar yakni Bank Mandiri dan Taspen.
Meski demikian, perusahaan perlu meningkatkan modal salah satunya dengan menerbitkan obligasi, apalagi salah satu bisnis inti di bank yang sebelumnya bernama Bank Sinar Harapan Bali itu adalah menggarap sektor pensiunan yang merupakan bisnis jangka panjang.
"Kami juga ingin merubah `gap` (celah) karena kalau pensiunan itu bisnis jangka panjang 15 tahun, kami akan terbitkan obligasi," imbuh pria yang baru saja ditetapkan sebagai petinggi jajaran direksi Bank Mantap itu dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahun 2017.
Bank berusia dua tahun itu optimistis menerbitkan obligasi karena didukung sejumlah indikator di antaranya rasio dana yang dimiliki terhadap realisasi kredit atau "loan to funding ratio" (LFR) yang cukup besar yakni 88 persen.
Hal itu, kata dia, mendongkrak kepercayaan masyarakat terhadap bank yang berkantor pusat di Jalan Melati Denpasar itu terhadap dana yang dimiliki.
Tahun lalu, Josephus menambahkan bank tersebut menerbitkan surat utang jangka menengah atau "medium term notes" (MTN) di atas Rp100 miliar yang diklaim sukses menarik investor.
Selain itu lembaga pemeringkat internasional Fitch memberikan rating AA yang menandakan lembaga keuangan bersangkutan dalam kondisi stabil dan memiliki risiko rendah.
Sementara itu dari sisi kinerja, hingga Maret 2017, bank tersebut mencatatkan pertumbuhan aset mencapai Rp8,7 triliun atau melonjak dibandingkan posisi Desember 2016 mencapai Rp7,4 triliun.
Realisasi kredit hingga Maret 2017 mencapai Rp6,1 triliun atau naik dibandingkan Desember 2016 mencapai Rp4,9 triliun dengan pertumbuhan tertinggi berasal dari kredit pensiunan yang tumbuh 778 persen dan kredit mikro 53 persen dibandingkan tahun sebelumnya dengan rasio kredit bermasalah mencapai 0,43 persen.
Total dana pihak ketiga (DPK) hingga Maret 2017 juga tumbuh positif mencapai Rp7 triliun, tercatat naik dibandingkan Desember 2016 yang mencapai Rp5,6 triliun.(DWA/ADT)