Denpasar (Antaranews Bali) - PT Bank Mandiri Taspen (Mantap) optimistis dapat menyalurkan kredit hingga Rp18 triliun tahun 2018 karena didukung ekonomi daerah yang diperkirakan tumbuh positif.
Direktur Utama Bank Mantap Josephus Triprakoso di Denpasar, Minggu, menjelaskan sasaran realisasi kredit tahun ini masih sesuai dengan inti bisnis bank itu yakni kalangan pensiunan.
Menurut pria yang akrab disapa Jos itu, target tahun ini melampaui target tahun sebelumnya yang mencapai kisaran Rp6-8 triliun.
Dia menjelaskan untuk realisasi sektor pensiunan sendiri tahun ini diharapkan sebagai penyumbang utama yang ditargetkan mencapai pada kisaran Rp14-16 triliun.
Sedangkan target nasabah yang diharapkan mendukung realisasi penyaluran kredit ditargetkan mencapai 100 ribu pensiunan.
Dengan tingginya target realisasi kredit, maka kredit bermasalah biasanya juga diprediksi meningkat.
Namun Bank Mantap, kata dia, telah melakukan antisipasi agar mampu menjaga rasio kredit bermasalah atau "nonperforming loan" (NPL) tetap terjaga di level rendah.
Hingga akhir tahun 2017 rasio NPL bank yang sebelumnya bernama Bank Sinar Harapan Bali itu berada pada angka 0,65 persen dan tahun ini akan dijaga maksimal pada kisaran 0,7-0,8 persen.
Untuk menjaga NPL, pihaknya menerapkan prinsip kehati-hatian sebelum pencairan kredit termasuk memanfaatkan teknologi.
Bank Mantap, lanjut dia, memanfaatkan nomor induk kependudukan pada KTP elektronik untuk memvalidasi data calon debitur sebelum kredit dicairkan.
Dengan demikian, pihaknya dapat memastikan kebenaran data calon debitur sebelum kredit disalurkan.
Selain menargetkan peningkatan penyaluran kredit, pihaknya juga menargetkan peningkatan dana pihak ketiga atau DPK sebesar Rp18-19 triliun tahun ini melalui peningkatan dan masyarakat khususnya tabungan pensiunan.
Bank Indonesia memprediksi ekonomi di Bali tshun ini tumbuh kisaran 6-6,4 persen atau melonjak dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 5,7-6,1 persen yang didorong konsumsi rumah tangga, investasi dan konsumsi pemerintah serta ekspor.
Selain itu industri pengolahan, transportasi, akomodasi makan dan minum, perdagangan dan komunikasi.
Pelaksanaan pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Bali pada Oktober 2018 yang rencananya dihadiri 15 ribu delegasi dari 189 negara juga diperkirakan mendongkrak kinerja ekonomi daerah. (WDY)