Mangupura (Antara Bali) - Wakil Bupati Badung, Bali, I Ketut Suiasa menjamin ketersediaan barang kebutuhan bahan pokok menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan di daerah itu tetap aman dan tidak terjadi lonjakan harga, karena distribusi barang lancar.
"Kami bersama tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Badung sudah melakukan upaya pemantauan dan inspeksi mendadak ke sejumlah pasar tradisional dan modern. Berdasarkan hasil pemantauan harga kebutuhan pokok masih normal," kata Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa di Mangupura, Kamis.
Wabup Badung bersama TPID setempat melakukan pemantauan ke Pasar Mambal, Pasar Mengwi, agen distributor atau pangkalan Gas LPG di Banjar Kaja Desa Buduk I Ketut Sugiarta, Supermarket Tiara Gatsu dan Pasar Adat Kuta 2.
Dari hasil pemantauan itu, Kata Suiasa, memang terjadi fluktuasi harga barang kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional. Namun, diakuinya masih tergolong wajar.
"Seperti beras di sejumlah pasar tradisional rata-rata stabil kisaran Rp10.000 per kilogram (kg) dan ketersediaan beras juga sangat
mencukupi hingga enam bulan ke depan," ujar pejabat asal Desa Pecatu itu.
Untuk ketersediaan daging babi, lanjut dia, juga stabil kisaran Rp50.000 per kilogram dan pengaruh isu meningitis babi atau MSS beberapa minggu lalu tidak mempengaruhi harga jual daging hewan itu di pasaran.
"Berdasarkan keterangan pedagang babi di pasar itu, pengaruh isu penyakit MSS tidak mempengaruhi omzet penjualan pedagang menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan. Kemudian, ketersediaan daging babi juga mencukupi khususnya pada peternak dan rumah potong hewan," ujarnya.
Sedangkan, untuk harga daging ayam juga belum mengalami kenaikan harga menjelang hari raya yakni kisaran harga rata-rata Rp28.000 per kg. "Untuk ke depannya kami dan TPID Badung akan memikirkan pola pendistribusian barang kebutuhan pokok ini agar ketersediaannya tetap ada dan mencukupi," katanya pula.
Ketut Suiasa menjelaskan, pola pendistribusian barang kebutuhan pokok untuk jenis holtikultura (sayur mayur) dari para petani di Desa Plaga, Badung ini kebanyakan dibawa ke Pasar Induk Baturiti, Tabanan.
Ke depannya, untuk hasil panen para petani dan pendistribusiannya agar dapat mencukupi di Badung terlebih dahulu. "Kami juga memantau apakah barang hasil pertanian ini dibawa dahulu ke Baturiti baru ke pasar tradisional di Badung, atau langsung kepada pedagang di Badung," ujarnya.
Demikian juga untuk potensi buah, petani di Badung Utara khususnya di Desa Belok Sidan yang juga perlu mendapat perhatian khusus dari Pemkab Badung. "Ini yang nantinya kita analisis lagi apakah potensi buah jeruk yang ada di Belok Sidang justru banyak dijual ke daerah lain," katanya.
Upaya pemetaan hasil produksi pertanian ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di desa, agar mampu berdiri di bawah kaki sendiri (berdikari) dalam mendukung ketahanan pangan di Badung, sehingga upaya pemetaan suplai hasil pertanian itu betul-betul pro rakyat.
Selain itu, saat pemantauan jajanan khas Bali di pasar tradisional dan modern yang ada di Badung, diakui Suiasa, kebanyakan didatangkan dari luar daerah, sehingga pihaknya akan berupaya mendorong industri rumah tangga di daerah itu untuk memproduksi jajanan khas Bali (jaje gina) yang dibutuhkan saat hari Raya Galungan.
Untuk pendistribusian, jajanan khas Bali itu, Pemkab Badung siap mendukung pendistribusiannya hingga ke toko modern sehingga mampu mendongkrak perekonomian masyarakat di Badung.
"Dengan menjual barang itu ke pasar modern, maka masyarakat mendapatkan kepastian harga dan ketersediaan jajanan Bali itu tetap
tersedia dan pelaku industri rumah tangga ini akan bangga dengan hasil produksinya karena mampu dipasarkan di toko-toko yang dibantu penuh oleh pemerintah," ujarnya.
Dalam pemantauan itu, Suiasa didampingi Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Ketut Karpiana, Dinas Pertanian dan Pangan I.G.A Sudaratmaja beserta jajaran TPID di daerah itu. (WDY)