Jembatan penghubung Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan di Kepulauan Nusa Penida, sebuah pulau yang terpisah dengan daratan Bali yang masuk wilayah Kabupaten Klungkung kini hampir rampung setelah digarap selama tiga bulan, pascaambruknya fasilitas umum tersebut.
Prasarana penghubung yang juga dikenal "jembatan Cinta" di kalangan wisatawan mancanegara itu mempunyai panjang 140 meter, lebar 1,8 meter dibangun dengan dana sebesar Rp3,4 miliar bersumber dari pemerintah pusat melalui Balai Sungai dan Jalan Bali Penida.
"Jembatan yang kini dalam proses penyelesaian akhir itu akan diresmikan secara ritual Hindu (dipelaspas) pada hari Sabtu (25/2)," tutur Pengawas Pembangunan Proyek jembatan tersebut, Siswanto ketika menerima kunjungan kerja Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta didampingi Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Pemukiman setempat I Gusti Nyoman Supartana.
Jembatan yang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat setempat kini diperluas 0,2 meter dari semula lebar 1,6 meter menjadi 1,8 meter dengan panjang tetap 140 meter. Sarana yang menghubungkan dua pulau yang memiliki panorama alam yang indah itu mempunyai kekuatan untuk menanggung beban 30 ton, namun khusus diperuntukkan bagi pejalan kaki dan sepeda motor.
Proses pembangunan jembatan penghubung dua pulau itu digarap selama tiga bulan yang sebenarnya ditargetkan rampung 31 Desember 2016, sehingga sedikit terlambat, akibat faktor alam yakni pasang surut air laut dan arus laut yang relatif cukup kencang.
Proses pengerjaan jembatan sejak awal mengalami keterlambatan akibat cuaca di tengah laut itu tidak mendukung, karena gelombang kadang pasang dan surut sehingga menyulitkan pekerja untuk melakukan dan mengangkut bahan material dari pantai kampung Toyapakeh.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta didampingi Camat Nusa Penida I Gusti Agung Gede Putra Mahajaya ketika melihat dari dekat proses penyelesaikan akhir pembangunan jembatan itu mengharapkan sepuluh hari ke depan jembatan baru itu mulai dapat berfungsi.
Proses pembangunan "jembatan Cinta" itu juga diawali dengan ritual "Matur piuning" (pemberitahuan) yang ditandai dengan mengadakan persembayangan bersama yang melibatkan masyarakat dari kedua kepulauan yang terpencil itu.
Hal itu dilakukan untuk mohon keselamatan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa agar proses pembangunan jembatan dapat terlaksana dengan lancar dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Hal itu menjadi penekanan, karena jembatan panjang itu sebelumnya roboh karena "dimakan usia" pada pertengahan Oktober 2016 yang merenggut delapan korban jiwa dan puluhan mengalami luka-luka.
Demikian pula mengawali penggunaan jembatan baru itu dilakukan kegiatan ritual Pemelaspasan dan persembahyangan bersama bertepatan dengan Tilem (bulan mati) untuk memohon keselamatandan fasilitas yang dibangun itu bertahan lama dan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat setempat.
Dukung pariwisata
Pembangunan kembali jembatan penghubung ke dua pulau terpencil itu akan mampu mendukung pengembangan sektor pariwisata, karena wisatawan mancanegara mulai tertarik mengunjungi daerah tersebut.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta sebelumnya di jembatan penghubung tersebut pernah menggelar Festival Nusa Penida yang menyuguhkan seribu penari. Kegiatan tersebut digelar secara berkesinambungan sebagai sarana promosi agar wisatawan dalam dan luar negeri mengalihkan perhatiannya ke Nusa Penida.
Hal itu dilakukan karena Nusa Penida dan Bali pada umumnya memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata yang bisa menarik kunjungan wisatawan mancanegara semakin banyak di masa-masa mendatang, sekaligus menopang Indonesia mencapai target untuk bisa meraup kunjungan wisman sepuluh juta pada tahun 2019.
Pariwisata Bali selama ini baru berpusat di selatan Pulau Dewata, padahal daerah ini memiliki potensi destinasi yang merata, baik di timur, utara, barat bahkan tenggara, termasuk Nusa Penida, sebuah pulau yang terpisah dengan daratan Bali.
Oleh sebab itu Pemkab Klungkung ingin mengembangkan destinasi baru agar tidak lagi hanya berpusat di Bali selatan. Untuk itu Bupati I Nyoman Suwirta, yang merupakan salah seorang putra terbaik Pulau Nusa Penida melakukan terobosan untuk memperbaiki insfrastruktur seperti jalan, pelabuhan, air bersih dan listrik.
Menteri Pariwisata Menteri Pariwisata, Arief Yahya yang pernah membuka Festival Nusa Penida pertengahan tahun 2016 berjanji untuk melakukan koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan kementerian terkait lainya dalam mempercepat pengembangan Nusa Penida dengan harapan dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat setempat sekaligus mendukung pengembangan pariwisata.
Nusa Penida, dalam beberapa tahun belakangan ini banyak dikunjungi masyarakat dari daratan Bali untuk melakukan tirtayatra (perjalanan spiritual), karena di Pulau terpencil itu terdapat sejumlah pura besar (sad kahyangan).
Pemkab Klungkung sendiri mengembangkan Nusa Penida sebagai kawasan wisata spiritual, yang mulai diminati masyarakat nusantara maupun wisatawan mancanegara. Terobosan yang dilakukan Pemkab itu seiring kawasan Nusa Penida ditetapkan menjadi kawasan strategis pariwisata nasional, sehingga pengembangan wisata spiritual itu dinilai sangat tepat.
Menurut Bupati I Nyoman Suwirta wisata spiritual bagi Nusa Penida selama ini sudah dilakukan masyarakat, karena umat dari delapan kabupaten dan satu kota di Pulau Dewata senantiasa mengadakan persembahyangan ke pura-pura yang ada di Nusa Penida.
Meskipun tidak ada kegiatan ritual berskala besar, namun umat rutin mengadakan persembahyangan setiap Sabtu dan Minggu dan hal itu berlangsung hingga sekarang yang sekaligus mendukung pengembangan pariwisata Nusa Penida.
Oleh sebab itu Nusa Penida bagi wisatawan tidak hanya menarik karena wisata alam dan hahari, namun juga wisata spiritual. Beberapa titik wisata spiritual yang sudah dikenal seperti Pura Penataran Ped, Pura Puncak Mundi, Pura Giri Putrid dan Pura Batumedawu.
Pura Sad Kahyangan maupun pura yang lainya mempunyai keunikan seperti Pura Paluang yang berlokasi di Karangdawa , Desa Bungamekar. Pura itu semakin dikenal dengan tempat suci (pelinggih) berbentuk mobil. Tidak tutup kemungkinan pura lainya seperti Pura Sekar Kuning dan Pura Tunjuk Pusuh.
Kepulauan Nusa Penida yang terdiri atas satu kecamatan memiliki luas 363 km2 atau dua pertiga dari wilayah Kabupaten Klungkung. Hanya satu sepertiga wilayah Kabupaten Klungkung yang menjadi satu dengan daratan Bali.
Masyarakat di kepulauan terpencil itu selama ini menyeberang dengan menggunakan perahu motor dan kapal roro dengan kondisi gelombang yang cukup dahyat. kapal Nusa Jaya Abadi yang beroperasi sejak tahun 2007 menghubungkan dermaga Nusa Penida (Klungkung) dengan pelabuhan Padangbai, Kabupaten Karangasem dapat ditempuh dalam waktu 30 menit.
Pulau Nusa Penida dan dua nusa lainnya dikeliling oleh lautan yang memiliki panorama alam bawah laut dengan terumbu karang yang lestari tempat bersarangnya ratusan jenis ikan hias yang berwarna-warni.
Pemandangan alam bawah laut sangat dinikmati wisatawan mancanegara yang selama ini untuk menjangkau lokasi itu menggunakan kapal wisata dari pelabuhan Benoa, berangkat pagi hari dan kembali sore harinya. (WDY)
Jembatan Penghubung Nusa Penida Pacu Pariwisata
Jumat, 10 Februari 2017 8:59 WIB