Ambon (Antara Bali) - Beragam cara dilakukan berbagai perusahaan pers
untuk menarik perhatian dan partisipasi pengunjung pada ajang Pameran
Hari Pers Nasional dan "Maluku Expo" di Lapangan Merdeka, Kota Ambon,
Maluku pada 5-9 Februari 2017.
MNC Group misalnya menyelenggarakan temu penyiar televisi dan
melakukan temu wicara alias "talkshow" untuk berbagi pengalaman suka
duka menjadi kru televisi.
Jaringan Transmedia menyelenggarakan lomba mewarnai anak dan
adu karaoke lagu "Si Bolang", sebuah tayangan favorit anak-anak di
Trans7.
Harian Kompas menyajikan sampan untuk foto dengan latar belakang
pemandangan laut di anjungannya, Rakyat Merdeka juga menyediakan
"fotobooth" yang membuat pengunjung seolah masuk koran di halaman muka
koran tersebut.
Kantor Berita Indonesia tak kalah kreatifnya, yakni
menyelenggarakan pelatihan "phoneography" (smartphone photography) atau
keterampilan memotret dengan menggunakan telepon pintar, pada rangkaian
pameran Hari Pers Nasional (HPN) 2017 di Ambon, Maluku, Selasa.
Pewarta dan Pengajar Foto Jurnalistik Antara Mosista Pambudi
memberikan pelatihan kepada seratusan peserta yang sebagian besar
pelajar dan mahasiswa, selain ada juga guru, pegawai, dan pegiat
industri kreatif.
Moses, panggilan akrabnya, menyampaikan bahwa keterampilan
memotret dengan menggunakan telepon pintar saat ini menjadi fenomena
menarik yang digemari oleh masyarakat, selain menggunakan dengan kamera
foto.
"Phoneography" juga memiliki keasyikan tersendiri dibandingkan
memotret dengan kamera foto SLR (single-lens redlez), DSLR (digital
single-lens reflex), mirrorless, kamera digital pocket, atau bahkan
kamera polaroid.
Keasyikan tersendiri itu terasa lebih kekinian dan lebih dekat dengan objek foto sehingga memunculkan suasana keakraban.
Apalagi, katanya, masyarakat suka saling berbagi (share) hasil
foto atas berbagai kegiatan yang mereka lakukan melalui media sosial
yang mereka aktifkan.
"Orang Indonesia pada umumnya senang berbagi, ini berguna sekali,
namun perlu menggunakannya secara bijak, jangan sampai dianggap
menyebarkan foto-foto hoax yang marak akhir-akhir ini," katanya pengajar
di Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara itu.
Moses yang kerap menjadi juri berbagai lomba karya foto
jurnalistik itu menuturkan untuk melakukan "phoneography", seseorang
perlu dibekali dengan memilih telepon pintar yang tepat.
"Mereka yang memiliki tangan dan jari yang mungil jangan memilih
smartphone yang besar karena akan berat dan saat memotret sering
goyang," katanya.
Selain itu, memiliki dorongan memotret/seni memotret yang baik,
misalnya memiliki mata yang baik sehingga bisa melihat objek foto secara
benar.
Hal terpenting memang memiliki indera mata yang baik untuk
menangkap objek yang akan sipotret sedangkan kualitas telepon pintarnya
relatif karena percuma saja telepon pintarnya yang mahal tetapi tidak
memiliki mata yang baik untuk memotret.
Sementara itu sejumlah pedoman juga diperlukan untuk melatih
keterampilan melakukan "phoneography" seperti mencari dan menentukan
kontras antara "figure" (objek fokus) dan "ground" (latar belakang) .
Kemudian, menemukan adanya kemiripan di antara dua obyek yang
tidak berhubungan, memahami garis (veritakal, horizontal, lengkung,
diagonal, garis pengarah), memahami permainan bayangan dan cahaya,
mendapat momentum puncak, dan sabar menunggu untuk hasil terbaik.
Untuk menghasilkan gambar terbaik dari melakukan "phoneography",
katanya, perlu sering berlatih dan memandingkan atau mengevaluasi
hasil-hasil foto yang telah dihasilkan.
Banyak peserta aktif bertanya dan mengomentari berbagai contoh foto yang ditampilkan oleh Moses.
"Bagus dan sangat bermanfaat," kata salah seorang peserta Rizky
Soplanit, alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Pattimura tahun 2015,
yang menggemari fotografi, ketika dimintai komentarnya.
Para peserta juga mengisi kuesioner tentang kegiatan tersebut.
Hadir pula pada acara itu Senior Adviser Antara yang juga Dirut
Antara 2012-2016 Saiful Hadi, Sekretaris Perusahaan Iswahyuni, Manajer
Humas dan Kerja Sama Internasional Antara Primayanti, Kepala Biro Antara
Maluku John Sahusilawane, dan Kepala Biro Antara Maluku 1990-1994 John
Mayaut.
Kantor Berita Indonesia Antara menjadi salah satu peserta dari 128 stand Pameran HPN dan Maluku Expo 2017.
Kantor Berita Indonesia Antara didirikan oleh empat tokoh pers
Adam Malik, Soemanang, AM Sipahoetar, dan Pandoe Kartawigoena di Jakarta
pada 13 Desember 1937.
Sejak 2007, Antara merupakan badan usaha milik negara
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perusahaan
Umum Lembaga Kantor Berita Nasional Antara.
Iswahyuni sebelumnya menyampaikan pelatihan "phoneography" atau
memotret dengan menggunakan telepon genggam atau smartphone itu
merupakan salah satu kegiatan yang cukup relevan untuk dilaksanakan pada
momentum HPN tahun ini.
Alasannya, perkembangan telepon genggam dewasa ini semakin
canggih, dan perangkat komunikasi itu telah dilengkapi kamera dan video
yang makin memudahkan penggunanya untuk mengabadikan berbagai momen
untuk dikenang, bahkan untuk kepentingan jurnalisme (pemberitaan).
Sekarang ini telepon genggam tidak lagi hanya digunakan untuk
berswafoto atau "selfie", tetapi juga dapat digunakan khususnya oleh
para wartawan untuk melaksanakan tugas-tugas reportase, mulai dari
merekam ucapan narasumber hingga mengabadikan peristiwa baik dalam
bentuk foto maupun video.
Antara merasa perlu untuk mengadakan pelatihan fotografi
Phoneografi, membagikan ilmu tentang cara yang baik dalam menggunakan
kamera telepon genggam untuk mengabadikan sebuah peristiwa.
"Kami berharap pelatihan ini dapat menjadi semacam oleh-oleh bagi
para pengunjung pameran HPN 2017 dan menambah keterampilan mereka," kata
Iswahyuni.
Yuk, segera hasilkan foto terbaik dari telepon pintar. Pintar
membidik, pintar memotret, dan pintar berbagi, untuk bersama-sama pintar
menghasilkan yang terbaik. (WDY)
Yuk, Eksis dengan "Phoneography"
Selasa, 7 Februari 2017 14:56 WIB