Denpasar (Antara Bali) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali melakukan berbagai upaya melibatkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dalam meningkatkan ekspor non migas di daerah setempat.
"Upaya tersebut menekankan pada peningkatan produksi UMKM yang mampu menembus dan bersaing di pasaran ekspor," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Made Suastika di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, untuk UMKM usaha tekstil dan produk tekstil (TPT) misalnya melakukan program pendampingan tenaga ahli perancang busana (desainer) untuk perajin usaha tenun.
Pendampingan tenaga ahli bidang rancang bangun itu dengan harapan mampu meningkatkan kualitas desain pakaian dalam memenuhi selera konsumen di mancanegara.
Terobosan yang dilakukan dalam beberapa tahun belakangan ini, mengingat perolehan ekspor nonmigas Bali, khususnya dari TPT semakin menurun.
Made Suastika menambahkan, usaha TPT di Bali kalah bersaing dengan usaha serupa yang berkembang di China dan India. Hal itu karena usaha TPT di Bali masih mengimpor bahan baku dari mancanegara, sedangkan kedua negara pesaing itu memiliki bahan baku berupa kain sutera sehingga tidak mendatangkan lagi dari luar negeri.
Selain itu melakukan pelatihan menyangkut pencelupan zat pewarna yang berasal dari bahan alami antara lain berbagai jenis kulit kayu dan dedaunan.
Perajin Bali, khususnya kain tenun kini sudah menggunakan zat perwarna yang alami sehingga tidak mengganggu kulit konsumennya.
Made Suastika menjelaskan, Bali memperoleh devisa sebesar 51,17 juta dolar AS dari pengapalan TPT selama semester I-2016, meningkat tipis hanya 0,33 persen dibanding semester yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 51,007 juta dolar AS.
Namun dari segi volume merosot 42,04 persen dari dari 30,70 juta potong pada semester I-2015 menjadi hanya 17,79 juta potong pada semester yang sama 2016, ujar Made Suastika. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Upaya tersebut menekankan pada peningkatan produksi UMKM yang mampu menembus dan bersaing di pasaran ekspor," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Made Suastika di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, untuk UMKM usaha tekstil dan produk tekstil (TPT) misalnya melakukan program pendampingan tenaga ahli perancang busana (desainer) untuk perajin usaha tenun.
Pendampingan tenaga ahli bidang rancang bangun itu dengan harapan mampu meningkatkan kualitas desain pakaian dalam memenuhi selera konsumen di mancanegara.
Terobosan yang dilakukan dalam beberapa tahun belakangan ini, mengingat perolehan ekspor nonmigas Bali, khususnya dari TPT semakin menurun.
Made Suastika menambahkan, usaha TPT di Bali kalah bersaing dengan usaha serupa yang berkembang di China dan India. Hal itu karena usaha TPT di Bali masih mengimpor bahan baku dari mancanegara, sedangkan kedua negara pesaing itu memiliki bahan baku berupa kain sutera sehingga tidak mendatangkan lagi dari luar negeri.
Selain itu melakukan pelatihan menyangkut pencelupan zat pewarna yang berasal dari bahan alami antara lain berbagai jenis kulit kayu dan dedaunan.
Perajin Bali, khususnya kain tenun kini sudah menggunakan zat perwarna yang alami sehingga tidak mengganggu kulit konsumennya.
Made Suastika menjelaskan, Bali memperoleh devisa sebesar 51,17 juta dolar AS dari pengapalan TPT selama semester I-2016, meningkat tipis hanya 0,33 persen dibanding semester yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 51,007 juta dolar AS.
Namun dari segi volume merosot 42,04 persen dari dari 30,70 juta potong pada semester I-2015 menjadi hanya 17,79 juta potong pada semester yang sama 2016, ujar Made Suastika. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016