Semarapura (Antara Bali) - Kawasan hutan bakau (mangrove) di Nusa Penida, sebuah pulau yang terpisah dengan daratan Bali, secara administratif masuk wilayah Kabupaten Klungkung cukup diminati wisatawan dalam dan luar negeri.
"Menyusuri dengan menggunakan jasa perahu nelayan, turis dapat menikmati panorama alam hutan yang lestari, disamping keindahan alam bawah laut yang mengoleksi ribuan jenis ikan hias," kata Bupati Klungkung Nyoman Suwirta di Nusa Penida, Kamis.
Ia dan rombongan sempat melihat dari dekat kawasan hutan bakau seluas 230 hektare sepanjang pantai dari Desa Jungutbatu hingga Desa Lembongan, Nusa Penida. Kawasan hutan bakau itu terdiri atas 13 spesies menawarkan potensi yang unik dan menarik bagi upaya meningkatkan pendapatan desa maupun dan pemerintah daerah, disamping meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Bupati Suwirta menambahkan, seluruh kawasan hutan bakau tersebut menjadi bagian dari Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida. "Untuk pengelolanya bisa mohonkan oleh desa. Beberapa hal yang ditawarkan untuk mendukung pengembangan pariwisata, salah satunya dengan membuatkan jalan setapak," ujarnya.
Hal itu dimaksudkan agar upaya pengembangan pariwisata itu tidak menimbulkan persaingan dengan jasa usaha pelayanan sampan dan pertahun nelayan yang selama ini dinikmati pelancong. "Bisa dihitung jika kawasan hutan yang cukup luas dikelola dengan baik, tentu akan mendatangkan pendapatan yang cukup besar bagi desa atapun daerah" ujar Bupati Suwirta.
Made Mandi, salah seorang warga Jungutbatu yang sehari-harinya sebagai pemandu sampan wisata mengungkapkan, pihaknya selama ini mengantar wisman menyusuri kawasan hutan bakau dengan menggunakan sampan. Pelancong umumnya sangat menyenangi kegiatan atraksi wisata alam alam hutan bakau, ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Menyusuri dengan menggunakan jasa perahu nelayan, turis dapat menikmati panorama alam hutan yang lestari, disamping keindahan alam bawah laut yang mengoleksi ribuan jenis ikan hias," kata Bupati Klungkung Nyoman Suwirta di Nusa Penida, Kamis.
Ia dan rombongan sempat melihat dari dekat kawasan hutan bakau seluas 230 hektare sepanjang pantai dari Desa Jungutbatu hingga Desa Lembongan, Nusa Penida. Kawasan hutan bakau itu terdiri atas 13 spesies menawarkan potensi yang unik dan menarik bagi upaya meningkatkan pendapatan desa maupun dan pemerintah daerah, disamping meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Bupati Suwirta menambahkan, seluruh kawasan hutan bakau tersebut menjadi bagian dari Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida. "Untuk pengelolanya bisa mohonkan oleh desa. Beberapa hal yang ditawarkan untuk mendukung pengembangan pariwisata, salah satunya dengan membuatkan jalan setapak," ujarnya.
Hal itu dimaksudkan agar upaya pengembangan pariwisata itu tidak menimbulkan persaingan dengan jasa usaha pelayanan sampan dan pertahun nelayan yang selama ini dinikmati pelancong. "Bisa dihitung jika kawasan hutan yang cukup luas dikelola dengan baik, tentu akan mendatangkan pendapatan yang cukup besar bagi desa atapun daerah" ujar Bupati Suwirta.
Made Mandi, salah seorang warga Jungutbatu yang sehari-harinya sebagai pemandu sampan wisata mengungkapkan, pihaknya selama ini mengantar wisman menyusuri kawasan hutan bakau dengan menggunakan sampan. Pelancong umumnya sangat menyenangi kegiatan atraksi wisata alam alam hutan bakau, ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015