Denpasar (Antara Bali) - Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Bali menggelar lomba seni budaya "Lelakut", "Sunari" dan "Pindekan" di Subak Kerdung, Kelurahan Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan sebagai upaya pelestarian dan kearifan budaya lokal.

Lomba yang melibatkan ratusan peserta tersebut dibuka Sekretaris Kota Denpasar Anak Agung Ngurah Rai Iswara di Denpasar, Sabtu, ditandai dengan membunyikan "Kepuakan", yakni alat terbuat dari sebatang dahan kelapa.

Lomba seni budaya "Lelakut" (orang-orangan pengusir burung di sawah), "Sunari" yakni sebatang bambu diisi beberapa lubang jika ditiup angin mengeluarkan suara merdu, dan "Pindekan" (baling-baling tradisional).

Kadis Kebudayaan Kota Denpasar Made Mudra mengatakan, lomba "Lelakut", "Sunari" dan "Pindekan" didasari atas keinginan pemerintah kota untuk mengangkat kearifan budaya lokal, serangkaian HUT Ke-277 Kota Denpasar.

Dengan tujuan untuk mendorong kreativitas petani, sekaligus mengingatkan generasi muda tentang makna sesungguhnya dari Lelakut, Sunari maupun Pindekan itu. Sehingga dengan perkembangan globalisasi seperti sekarang ini, kearifan budaya lokal tidak hilang termakan zaman.

Mudra mengatakan lomba tersebut juga sebagai revitalisasi budaya. Karena perkembangan globalisasi kini petani beraktivitas mempergunakan teknologi, namun harus mempertahankan budaya.

"Dalam bercocok tanam petani boleh budidaya mengikuti perkembangan zaman, namun dalam membuat `Lelakut, Sunari dan Pindekan` harus mengikuti tradisi seperti aturan jarak membuat lobang dalam Pindekan," katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Lomba Wayan Jelantik mengaku, lomba tersebut diselenggarakan rutin setiap tahun, bertujuan untuk mendorong kreativitas pertanian sekaligus mengingatkan generasi mudah tentang makna "Lelakut, Sunari dan Pindekan". Sehingga kearifan budaya lokal tidak hilang termakan zaman, namun sebaliknya bisa berkembang di dalam perkembangan zaman modern.

Untuk peserta lomba ini diikuti seluruh kecamatan se-Kota Denpasar. Setiap kecamatan peserta lomba diwakili satu Subak dan satu Sekaa Teruna. Masing-masing kecamatan menampilkan dua pasang "Lelakut", dua pasang Sunari dan dua pasang Pindekan.

Kriteria penilain lomba ini adalah, proses membuat dari awal, bahan yang digunakan, kreativitas, dan rangkaian upacaranya.

"Semua peserta akan memperebutkan juara I hingga IV, namun bahan yang digunakan harus mengunakan bahan organik, yakni menggunakan ijuk atau batang padi yang sudah tua (somi), baju yang digunakan Lelakut harus baju bekas para petani," katanya.

Acara pembukaan tersebut dihadiri Sekda Kota Denpasar Rai Iswara didampingi Kadis Kebudayaan Made Mudra, Kadis Pariwisata Wayan Gunawan, Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura I Gede Ambara Putra dan Camat Denpasar Selatan AA Gde Risnawan. (WDY)

Pewarta: Oleh I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015