Denpasar (Antaranews Bali) - Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Bali, akan menyelenggarakan lomba "Ogoh-Ogoh" atau boneka raksasa dalam rangka menyambut perayaan Hari Suci Nyepi Isaka 1940, 16 Maret 2018.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Bagus Mataram di Denpasar, Jumat, mengatakan lomba "Ogoh-Ogoh" tersebut sebagai pelestarian budaya, juga meningkatkan kreativitas pada generasi muda (sekaa teruna) yang ada di masing-masing desa adat atau pakraman.
"Pelaksanaan kegiatan itu merupakan wujud nyata komitmen Pemkot Denpasar yang secara berkesinambungan memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi generasi muda untuk menunjukkan kreativitasnya," ujarnya.
Ngurah Mataram lebih lanjut mengatakan Denpasar sebagai kota berwawasan budaya sesuai dengan misi kedua, yakni memberdayakan warga masyarakat dengan berlandaskan lokal genius melalui budaya kreatif.
"Kegiatan lomba `Ogoh-Ogoh` ini salah satu kegiatan ekonomi kreatif sesuai dengan misi Kota Denpasar sebagai kota kreatif yang berwawasan budaya unggulan," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan, Disbud Denpasar I Made Wedana mengatakan pelaksanaan lomba "Ogoh-Ogoh" tahun ini pada intinya sama seperti tahun sebelumnya. Yakni boneka raksasa yang akan mengikuti lomba wajib menggunakan bahan yang ramah lingkungan, antara lain ulatan, kayu, bambu, kertas bekas, dan lain.
"Begitu juga kreteria lomba `Ogoh-Ogoh` tidak boleh menggunakan bahan spons, gabus (styrofoom) untuk bahan utama pembuatan boneka raksasa tersebut. Sementara untuk kerangka ogoh-ogoh atau kontruksi boleh menggunakan besi. Sedangkan untuk karet sandal dan kawat jaring dapat digunakan pada bagian aksesoris," ucapnya.
Ia mengatakan dalam pelaksanaan lomba kali ini, karya "Ogoh-Ogoh" yang dilombakan wajib bertemakan "Bhutakala". Pendaftaran dimulai 22 Januari hingga 22 Pebruari 2018, sedangkan untuk penilaian lomba dilaksanakan pada 6-9 Maret 2018 yang diawali dari Kecamatan Denpasar Barat, Denpasar Utara, Denpasar Selatan dan Kecamatan Denpasar Timur.
Dari lomba tersebut nantinya terdapat 32 pemenang dengan komposisi delapan kelompok (sekaa) di masing-masing kecamatan dan berhak mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp10 juta. Kelompok yang sudah pernah mendapatkan nominasi selama dua tahun berturut-turut akan tidak diikutsertakan dalam penilaian.
Wedana menambahkan dalam rangka menjaga kondusivitas, keamanan dan mempertahankan kearifan lokal, maka musik atau gamelan pengiring "Ogoh-Ogoh" menggunakan alat musik tradisional, seperti gamelan baleganjur, tektekan dan kesenian lainnya, serta khusus untuk penjagaan dalam pawai wajib melibatkan "pecalang desa".
"Untuk mengiringi `Ogoh-Ogoh` wajib menggunakan alat musik tradisional, seperti gamelan baleganjur, tektekan dan tidak boleh menggunakan alat pengeras suara (sound system)," katanya. (WDY)