Denpasar (Antara Bali) -Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali terus meningkatkan pencegahan penularan HIV/AIDS pada remaja perempuan dengan melakukan program konseling secara sukarela atau "Voluntary Counseling Test" (VCT).
"Upaya pencegahan ini untuk mendeteksi secara dini remaja perempuan yang beresiko tinggi," kata Kepala Dinas Kesehatan Bali, dr Ketut Suarjaya, di Denpasar, Rabu.
Pencegahan penyakit tersebut sudah dicanangkan oleh Kementrian Kesehatan dengan meluncurkan pelayanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) untuk setiap perempuan.
Ketut Suarjaya menuturkan adanya program itu remaja harus mendapatkan informasi mengenai PPIA. "Dalam kebijakan tersebut sudah tercantum untuk di daerah - daerah epidemi HIV sehingga tidak meluas.
Selain itu, tugas tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan wajib menganjurkan tes HIV kepada semua ibu hamil dan remaja secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya.
"Pelayanan PPIA diintegrasikan pada layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB) dan Konseling Remaja di setiap jenjang pelayanan kesehatan," ujar Suarjaya.
Bagi remaja yang hendak menjalani tes HIV, lanjut dia, disarankan untuk didampingi orangtua. Namun, tidak sedikit yang datang dengan inisiatif sendiri.
Suarjaya menuturkan dibandingkan negara luar, remaja bisa menjalani tes HIV tanpa harus didampingi keluarga. Namun, di Indonesia sendiri berdasarkan Undang - Undang keluarga diwajibkan mendampingi anaknya dalam menjalani tes tersebut.
Apabila diketahui remaja tersebut datang sendiri dan hasilnya positif, lanjut dia, petugas kesehatan akan memberikan konseling bagi remaja itu dan orangtuanya terkait status pemeriksaan tersebut.
"Secara umum perlakukan pasien HIV harus sama dengan pasien lainnya. Namun, kerahasiannya harus tetap dijaga begitu juga dengan pengobatannya harus disamakan," ujarnya.
Program lain dalam mencegah HIV yakni pemberian langsung Antiretroviral (ARV) bagi pasien yang diketahui positif mengidap penyakit tersebut.
"Pemberian ARV sejak awal hasilnya lebih baik dalam menekan virus dan menjaga kualitas hidup pasien HIV," ujar Suarjaya.
Ia menambahkan untuk kasus HIV di Bali tercatat sebanyak 9477 kasus. "Dari segi usia penderita HIV terbanyak dari rentang usia 20-29 sebanyak 3646 kasus dan usia 30-39 (3433)," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Upaya pencegahan ini untuk mendeteksi secara dini remaja perempuan yang beresiko tinggi," kata Kepala Dinas Kesehatan Bali, dr Ketut Suarjaya, di Denpasar, Rabu.
Pencegahan penyakit tersebut sudah dicanangkan oleh Kementrian Kesehatan dengan meluncurkan pelayanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) untuk setiap perempuan.
Ketut Suarjaya menuturkan adanya program itu remaja harus mendapatkan informasi mengenai PPIA. "Dalam kebijakan tersebut sudah tercantum untuk di daerah - daerah epidemi HIV sehingga tidak meluas.
Selain itu, tugas tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan wajib menganjurkan tes HIV kepada semua ibu hamil dan remaja secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya.
"Pelayanan PPIA diintegrasikan pada layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB) dan Konseling Remaja di setiap jenjang pelayanan kesehatan," ujar Suarjaya.
Bagi remaja yang hendak menjalani tes HIV, lanjut dia, disarankan untuk didampingi orangtua. Namun, tidak sedikit yang datang dengan inisiatif sendiri.
Suarjaya menuturkan dibandingkan negara luar, remaja bisa menjalani tes HIV tanpa harus didampingi keluarga. Namun, di Indonesia sendiri berdasarkan Undang - Undang keluarga diwajibkan mendampingi anaknya dalam menjalani tes tersebut.
Apabila diketahui remaja tersebut datang sendiri dan hasilnya positif, lanjut dia, petugas kesehatan akan memberikan konseling bagi remaja itu dan orangtuanya terkait status pemeriksaan tersebut.
"Secara umum perlakukan pasien HIV harus sama dengan pasien lainnya. Namun, kerahasiannya harus tetap dijaga begitu juga dengan pengobatannya harus disamakan," ujarnya.
Program lain dalam mencegah HIV yakni pemberian langsung Antiretroviral (ARV) bagi pasien yang diketahui positif mengidap penyakit tersebut.
"Pemberian ARV sejak awal hasilnya lebih baik dalam menekan virus dan menjaga kualitas hidup pasien HIV," ujar Suarjaya.
Ia menambahkan untuk kasus HIV di Bali tercatat sebanyak 9477 kasus. "Dari segi usia penderita HIV terbanyak dari rentang usia 20-29 sebanyak 3646 kasus dan usia 30-39 (3433)," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014