Banjarmasin (Antara Bali) - Salah seorang terapis di Pusat Layanan Autis Kalimantan Selatan Indah Meliana mengingatkan kepada orang tua yang memiliki anak dengan kelainan sistem saraf tersebut agar selalu memerhatikan pola makannya dengan menghindari makanan berpengawet.
Menurut Indah di Banjarmasin, Kamis, pengaturan pola makan bagi anak autis sangat penting untuk diperhatikan, karena berbagai makanan yang banyak dikonsumsi anak-anak saat ini banyak memicu terjadinya autisme.
"Jadi orang tua yang menitipkan anaknya di pusat layanan autis (PLA) ini, supaya ikut menjaga di rumah, terutama pola makan atau menjaga diet bagi anak," katanya.
Penderita autis, kata dia, tidak baik mengonsumsi makanan sejenis cokelat, es krim, makanan cepat saji, makanan ringan, yang mengandung bahan pengawet atau pemanis buatan.
Autisme merupakan gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak, di mana gejalanya sudah timbul sebelum anak tersebut mencapai usia tiga tahun.
Penyakit itu, tambah dia, disebabkan oleh gangguan neurobiologis yang memengaruhi fungsi otak sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif.
Autisme dapat terjadi pada siapa saja tanpa pengecualian, namun tidak semua individu yang mengalami hal itu memiliki kecerdasan (IQ) rendah. Bahkan tidak sedikit yang mencapai pendidikan tinggi dan memiliki keahlian yang luar biasa di bidang tertentu seperti melukis, matematika, bidang musik dan sebagainya. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Menurut Indah di Banjarmasin, Kamis, pengaturan pola makan bagi anak autis sangat penting untuk diperhatikan, karena berbagai makanan yang banyak dikonsumsi anak-anak saat ini banyak memicu terjadinya autisme.
"Jadi orang tua yang menitipkan anaknya di pusat layanan autis (PLA) ini, supaya ikut menjaga di rumah, terutama pola makan atau menjaga diet bagi anak," katanya.
Penderita autis, kata dia, tidak baik mengonsumsi makanan sejenis cokelat, es krim, makanan cepat saji, makanan ringan, yang mengandung bahan pengawet atau pemanis buatan.
Autisme merupakan gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak, di mana gejalanya sudah timbul sebelum anak tersebut mencapai usia tiga tahun.
Penyakit itu, tambah dia, disebabkan oleh gangguan neurobiologis yang memengaruhi fungsi otak sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif.
Autisme dapat terjadi pada siapa saja tanpa pengecualian, namun tidak semua individu yang mengalami hal itu memiliki kecerdasan (IQ) rendah. Bahkan tidak sedikit yang mencapai pendidikan tinggi dan memiliki keahlian yang luar biasa di bidang tertentu seperti melukis, matematika, bidang musik dan sebagainya. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013