President of University In Diversity (UID) Tantowi Yahya mengatakan sebuah pusat pengembangan Artificial Intelligence (AI) atau teknologi kecerdasan buatan segera dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-kura Bali.
“Segera secepatnya (dibangun), saya rasa cepat sekali waktunya karena kalau kita lambat teknologinya sudah jauh tapi kita baru mulai jadi harus bergerak terus dengan apa yang sudah ada,” kata Tantowi di Denpasar, Bali, Sabtu.
Dalam Seminar Artificial Intelligence bertajuk Penerapan AI pada Industri dan Pemerintahan di Bali itu, Tantowi mengatakan pusat pembelajaran bagi teknologi kecerdasan buatan ini tepat untuk dibangun di KEK Kura-kura Bali.
Sebab, sejak awal diresmikan pemerintah, kawasan di Pulau Serangan ini dirancang untuk tiga klaster yaitu lokasi tinggal, belajar dan gaya hidup.
Terkait pendidikan, saat ini sudah terdapat Kampus UID yang dipimpin Tantowi Yahya sebagai pusat pembelajaran dan merealisasikan berbagai kerja sama dengan lembaga pendidikan dalam dan luar negeri.
Selanjutnya akan dikembangkan lagi pusat studi ilmu-ilmu baru seperti ilmu genomik dan pusat AI, mengingat kerja sama dengan perguruan tinggi asing yang kompeten sudah terbangun sejak awal.
Baca juga: Tantowi sebut kampus jadi awal pusat pendidikan KEK Kura Kura Bali
“Kami sudah menjalin kerja sama dengan Tsinghua University yang sangat unggul di bidang ilmu baru berbasis digital dan AI, sehingga mimpi besar kami ingin membangun pusat AI,” ujar mantan Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru itu.
Menurut dia, mau tidak mau ke depan seluruh sektor akan berbasis AI, sehingga teknologi dan sumber daya manusianya harus siap.
“Saya rasa orang-orang kita kebanyakan masih belum memadai pemahamannya mengenai AI, makanya mudah terpengaruh dan termakan isu bohong, maka perlu diarahkan lewat pembelajaran,” tuturnya.
Di bidang industri sendiri khususnya pariwisata yang berkembang di Bali, AI dinilai bisa menjadi solusi dalam memecahkan masalah terkait pariwisata berlebihan, kemacetan, hingga pengelolaan sampah.
Sementara hingga saat ini menurut Kepala Diskominfos Bali I Gede Pramana inovasi di bidang AI belum banyak disentuh.
Selama ini pemerintah daerah baru memanfaatkan teknologi tersebut untuk mengelola data respons masyarakat atas kebijakan yang dibuat pemerintah, namun ke depan akan digunakan untuk pariwisata.
“Jadi kami analisis respons negatif atau positif masyarakat, dan ke depan penting untuk pariwisata, jadi jika ada data turis yang tidak puas kami bisa menentukan intervensi apa di daerah wisata,” ucapnya.
Baca juga: Kura Kura Bali tampilkan 12 musisi jazz nasional dan internasional
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
“Segera secepatnya (dibangun), saya rasa cepat sekali waktunya karena kalau kita lambat teknologinya sudah jauh tapi kita baru mulai jadi harus bergerak terus dengan apa yang sudah ada,” kata Tantowi di Denpasar, Bali, Sabtu.
Dalam Seminar Artificial Intelligence bertajuk Penerapan AI pada Industri dan Pemerintahan di Bali itu, Tantowi mengatakan pusat pembelajaran bagi teknologi kecerdasan buatan ini tepat untuk dibangun di KEK Kura-kura Bali.
Sebab, sejak awal diresmikan pemerintah, kawasan di Pulau Serangan ini dirancang untuk tiga klaster yaitu lokasi tinggal, belajar dan gaya hidup.
Terkait pendidikan, saat ini sudah terdapat Kampus UID yang dipimpin Tantowi Yahya sebagai pusat pembelajaran dan merealisasikan berbagai kerja sama dengan lembaga pendidikan dalam dan luar negeri.
Selanjutnya akan dikembangkan lagi pusat studi ilmu-ilmu baru seperti ilmu genomik dan pusat AI, mengingat kerja sama dengan perguruan tinggi asing yang kompeten sudah terbangun sejak awal.
Baca juga: Tantowi sebut kampus jadi awal pusat pendidikan KEK Kura Kura Bali
“Kami sudah menjalin kerja sama dengan Tsinghua University yang sangat unggul di bidang ilmu baru berbasis digital dan AI, sehingga mimpi besar kami ingin membangun pusat AI,” ujar mantan Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru itu.
Menurut dia, mau tidak mau ke depan seluruh sektor akan berbasis AI, sehingga teknologi dan sumber daya manusianya harus siap.
“Saya rasa orang-orang kita kebanyakan masih belum memadai pemahamannya mengenai AI, makanya mudah terpengaruh dan termakan isu bohong, maka perlu diarahkan lewat pembelajaran,” tuturnya.
Di bidang industri sendiri khususnya pariwisata yang berkembang di Bali, AI dinilai bisa menjadi solusi dalam memecahkan masalah terkait pariwisata berlebihan, kemacetan, hingga pengelolaan sampah.
Sementara hingga saat ini menurut Kepala Diskominfos Bali I Gede Pramana inovasi di bidang AI belum banyak disentuh.
Selama ini pemerintah daerah baru memanfaatkan teknologi tersebut untuk mengelola data respons masyarakat atas kebijakan yang dibuat pemerintah, namun ke depan akan digunakan untuk pariwisata.
“Jadi kami analisis respons negatif atau positif masyarakat, dan ke depan penting untuk pariwisata, jadi jika ada data turis yang tidak puas kami bisa menentukan intervensi apa di daerah wisata,” ucapnya.
Baca juga: Kura Kura Bali tampilkan 12 musisi jazz nasional dan internasional
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024