Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, mencatat kasus pertama pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dari daerah itu yang meninggal dunia di wilayah utara Bali itu.
Sekretaris GTPP COVID-19 Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa di Singaraja, Buleleng, Minggu mengatakan pasien itu meninggal pada Minggu (19/7) 2020 pagi saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Pratama Giri Emas.
“Secara kronologis, pasien ini awalnya memiliki gejala demam, batuk dengan dahak tidak keluar. Ia menjalani perawatan di salah satu rumah sakit swasta sejak 6 Juli lalu,” kata Suyasa saat memberi keterangan pers secara virtual.
Pasien dengan kode PDP 140 berjenis kelamin laki-laki itu berasal dari Kecamatan Sukasada ini awalnya dirawat di rumah sakit swasta.
Baca juga: Bupati Buleleng gandeng "youtuber" promosikan buah lokal
Karena kondisinya tidak kunjung membaik, pasien itu pindah ke rumah sakit swasta lainnya, namun kondisinya tetap tidak membaik, bahkan menunjukkan gejala yang mendekati COVID-19.
"Pasien berusia 30 tahun ini selanjutnya dirujuk ke RSUD Buleleng untuk menjalani rapid test dan hasilnya reaktif,” katanya.
Hingga Jumat (17/7), PDP 140 menjalani tes usap tenggorokan (swab) sebanyak dua kali dan hasilnya positif.
Pada Minggu (19/7) pagi, pasien tersebut meninggal dunia dan menjadi kasus meninggal dunia pertama di Kabupaten Buleleng akibat COVID-19.
Selanjutnya, GTPP langsung melakukan pemakaman dengan menggunakan protokol COVID-19 di setra desa adat setempat.
Kendati sudah dilakukan penelusuran (tracing), namun tim survailance saat ini mengalami kesulitan untuk menentukan kriteria arah dari sisi penularan yang belum terjawab, karena pria yang telah dikaruniai dua orang anak ini tidak pernah keluar daerah, tidak pernah keluar kota, tidak pernah kontak dengan yang potensi seperti pekerja migran Indonesia (PMI) atau kontak dengan kasus terkonfirmasi positif COVID-19.
“Ini yang kami lanjutkan oleh tim survailance lebih jauh. Saat ini tim kami juga belum bisa meminta penjelasan keluarga karena sedang berduka,” katanya.
Dengan adanya kasus meninggal akibat COVID-19 ini, kata dia, GTPP tidak akan membedakan kasus yang berakhir sembuh dan kasus yang berakhir meninggal.
Setiap kasus terkonfirmasi positif akan ditindaklanjuti melalui tracing untuk memastikan siapa saja kontak dengan pasien, sehingga tim survailance bisa berhenti ketika data dan informasi mentok/buntu.
Baca juga: GTTP Buleleng: koordinasi antarkabupaten cegah COVID-19 lewat transmisi lokal
Namun, sepanjang masih ada informasi baru, kendatipun pasien terkonfirmasi sudah sembuh maupun meninggal, maka tracing akan terus berjalan, sebab masih ada catatan ketika pasien yang terkonfirmasi sudah sembuh, ternyata yang terkonfirmasi baru dari kontak tersebut masih terjadi.
“Tim survailance harus bergerak terus mencapai informasi sampai titik jenuh dapat data. Termasuk di tempat kerja yang bersangkutan kami akan tracing. Tidak hanya di lingkup keluarga, begitu juga lingkungan sekitar dan teman kerja,” katanya.
Ia berharap kasus meninggal akibat COVID-19 ini menjadi kasus terakhir kalinya terjadi di Buleleng.
“Kami berharap ke depan tidak ada lagi kasus meningal dunia akibat COVID-19. Untuk itu mari ikuti imbauan pemerintah untuk mematuhi protokol kesehatan yang harus dijalankan. pakai masker kalau keluar rumah, cuci tangan, jaga jarak, menerapkan PHBS, dan jaga imun,” demikian Gede Suyasa.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Sekretaris GTPP COVID-19 Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa di Singaraja, Buleleng, Minggu mengatakan pasien itu meninggal pada Minggu (19/7) 2020 pagi saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Pratama Giri Emas.
“Secara kronologis, pasien ini awalnya memiliki gejala demam, batuk dengan dahak tidak keluar. Ia menjalani perawatan di salah satu rumah sakit swasta sejak 6 Juli lalu,” kata Suyasa saat memberi keterangan pers secara virtual.
Pasien dengan kode PDP 140 berjenis kelamin laki-laki itu berasal dari Kecamatan Sukasada ini awalnya dirawat di rumah sakit swasta.
Baca juga: Bupati Buleleng gandeng "youtuber" promosikan buah lokal
Karena kondisinya tidak kunjung membaik, pasien itu pindah ke rumah sakit swasta lainnya, namun kondisinya tetap tidak membaik, bahkan menunjukkan gejala yang mendekati COVID-19.
"Pasien berusia 30 tahun ini selanjutnya dirujuk ke RSUD Buleleng untuk menjalani rapid test dan hasilnya reaktif,” katanya.
Hingga Jumat (17/7), PDP 140 menjalani tes usap tenggorokan (swab) sebanyak dua kali dan hasilnya positif.
Pada Minggu (19/7) pagi, pasien tersebut meninggal dunia dan menjadi kasus meninggal dunia pertama di Kabupaten Buleleng akibat COVID-19.
Selanjutnya, GTPP langsung melakukan pemakaman dengan menggunakan protokol COVID-19 di setra desa adat setempat.
Kendati sudah dilakukan penelusuran (tracing), namun tim survailance saat ini mengalami kesulitan untuk menentukan kriteria arah dari sisi penularan yang belum terjawab, karena pria yang telah dikaruniai dua orang anak ini tidak pernah keluar daerah, tidak pernah keluar kota, tidak pernah kontak dengan yang potensi seperti pekerja migran Indonesia (PMI) atau kontak dengan kasus terkonfirmasi positif COVID-19.
“Ini yang kami lanjutkan oleh tim survailance lebih jauh. Saat ini tim kami juga belum bisa meminta penjelasan keluarga karena sedang berduka,” katanya.
Dengan adanya kasus meninggal akibat COVID-19 ini, kata dia, GTPP tidak akan membedakan kasus yang berakhir sembuh dan kasus yang berakhir meninggal.
Setiap kasus terkonfirmasi positif akan ditindaklanjuti melalui tracing untuk memastikan siapa saja kontak dengan pasien, sehingga tim survailance bisa berhenti ketika data dan informasi mentok/buntu.
Baca juga: GTTP Buleleng: koordinasi antarkabupaten cegah COVID-19 lewat transmisi lokal
Namun, sepanjang masih ada informasi baru, kendatipun pasien terkonfirmasi sudah sembuh maupun meninggal, maka tracing akan terus berjalan, sebab masih ada catatan ketika pasien yang terkonfirmasi sudah sembuh, ternyata yang terkonfirmasi baru dari kontak tersebut masih terjadi.
“Tim survailance harus bergerak terus mencapai informasi sampai titik jenuh dapat data. Termasuk di tempat kerja yang bersangkutan kami akan tracing. Tidak hanya di lingkup keluarga, begitu juga lingkungan sekitar dan teman kerja,” katanya.
Ia berharap kasus meninggal akibat COVID-19 ini menjadi kasus terakhir kalinya terjadi di Buleleng.
“Kami berharap ke depan tidak ada lagi kasus meningal dunia akibat COVID-19. Untuk itu mari ikuti imbauan pemerintah untuk mematuhi protokol kesehatan yang harus dijalankan. pakai masker kalau keluar rumah, cuci tangan, jaga jarak, menerapkan PHBS, dan jaga imun,” demikian Gede Suyasa.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020