Sejumlah Organisasi Perangkat Daerah teknis maupun OPD terkait lainnya di wilayah Kabupaten Badung, Bali, diinstruksikan untuk meningkatkan sinergitas guna mempercepat proses penyelamatan sentra ternak babi yang berbasis kemasyarakatan terkait maraknya kasus ternak babi yang mati di wilayah Badung.

"Kami prihatin sekaligus sedih dengan apa yang terjadi saat ini. Tentu ini menjadi pukulan berat bagi para peternak kami, karena berdampak dan berpengaruh langsung pada sisi kestabilan ekonomi maupun pada sisi ketersediaan pangan masyarakat," ujar Sekretaris Daerah Badung, I Wayan Adi Arnawa, saat rapat penanganan kasus babi mati di Puspem Badung, Rabu.

Ia mengatakan, untuk mengantisipasi meluasnya kasus kematian babi, pihaknya meminta semua camat untuk mengumpulkan Kepala Dusun dan Kepala Lingkungan di masing-masing wilayah guna memudahkan OPD teknis dalam memberikan sosialisasi informasi yang benar.

Menurut Sekda Adi Arnawa, hal tersebut penting dilakukan untuk meredam keresahan dan kepanikan masyarakat tentang kematian ternak babi.

"Bisa juga kami buatkan alat peraga sosialisasi pencegahan kematian babi yang simpel sehingga mudah dipahami masyarakat sembari kami menyiapkan formulasi payung hukum untuk memberikan dana kompensasi guna meringankan beban kerugian peternak tanpa harus melanggar aturan sehingga tidak menjadi temuan di kemudian hari," katanya.

Ia menambahkan, langkah penanganan harus dilakukan mengingat Umat Hindu di Bali akan menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan, yang tentunya juga akan berpengaruh terhadap permintaan dan penyediaan daging babi sebagai kebutuhan pokok masyarakat saat hari raya tersebut.

"Untuk menjamin kesehatan daging yang akan dikonsumsi masyarakat, saya minta kepada OPD teknis menyiapkan dokter hewan untuk melakukan pendampingan dan pemeriksaan terhadap hewan yang akan dipotong saat rangkaian hari raya tersebut," ujar Sekda Adi Arnawa.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian dan Pangan Badung, I Gede Asrama mengatakan, Kecamatan Abiansemal dan Mengwi merupakan daerah dengan angka kematian babi paling tinggi di wilayah Badung, dengan jumlah per tanggal 4 Februari sebanyak 600 ekor.

"Sementara untuk keseluruhan wilayah Kabupaten Badung tercatat sebanyak 804 ekor ternak babi mati atau sekitar lima persen dari 12 ribu ekor populasi babi yang ada," katanya.

Ia menambahkan, kasus ternak babi mati di Bali pertama kali muncul di sentra peternakan babi yang berada di daerah Suwung, Denpasar, dengan indikasi sentra peternakan tersebut memanfaatkan limbah hotel, restoran maupun bandara sebagai sumber pakan ternaknya tanpa melalui proses pemasakan yang baik dan benar.

Setelah muncul di daerah Denpasar, kasus serupa baru menyebar ke Badung dan Tabanan. Untuk mencegah penyebaran tersebut, Gede Asrama menjelaskan pihaknya sudah melakukan langkah penanggulangan secara cepat dengan memberikan vaksinasi maupun melakukan penyemprotan disinfektan pada kandang warga.

"Kami juga berharap masyarakat lebih pro-aktif dalam memberikan laporan tentang kondisi hewan ternaknya kepada Dinas Pertanian dan Pangan sehingga kami bisa menyiapkan tim untuk melakukan penanganan," ujarnya.

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020