Gianyar (Antaranews Bali) - Sejumlah budayawan dan seniman dari Lembaga Kebudayaan Betawi belajar pelestarian dan pengembangan budaya ke Bali, karena dianggap Pulau Dewata paling maju dalam hal tersebut.

"Pada tahun 2015, sudah dibuatkan perda yang mengatur hal tersebut, namun kami rasa masih kurang sehingga kami studi banding lagi ke Bali," kata Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi Becky Mardani di kediaman Wagub Bali, di Puri Agung Saren, Ubud, Gianyar, Minggu.

Lembaga Kebudayaan Betawi sendiri, lanjut Becky, merupakan sebuah organisasi nonpemerintah yang mewadahi sekitar 76 seniman dan budayawan Betawi.

"Kami merupakan mitra Pemprov DKI yang konsen tentang kebudayaan dan kesenian Betawi," ujarnya.

Ke depan, pihaknya ingin pengembangan budaya Betawi bisa menarik wisatawan, sehingga DKI Jakarta bisa menjadi daya tarik wisata juga di bidang kebudayaan.

Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) mengatakan kesenian dan kebudayaan sudah menyatu dengan masyarakat Bali sehingga hal itu menjadi modal utama menarik wisatawan ke Bali.

"Saya yakin Bali dan Betawi punya banyak kesamaan, yaitu budaya yang unik didukung oleh masyarakat yang kreatif jadi bisa menjadi modal menarik wisatawan," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Wagub juga menyinggung tentang pentingnya pemetaan wilayah sebagai objek wisata.

"Jadi kita kembangkan potensi wisata di sini berdasarkan potensi masing-masing wilayah, sehingga daya tarik wisata bisa tersebar," kata Cok Ace.

Begitu juga dengan kebudaaan, ia menganggap pentingnya pendataan tentang kebudayaan di masing-masing daerah karena dengan cara ini biasanya akan lebih mudah dalam hal pelestarian dan pengembangan.

"Setiap pengembangan budaya dan pariwisata, muaranya adalah kesejahteraan masyarakat, sehingga diharapkan dengan setiap usaha-usaha tersebut bisa menggerakkan perekonomian masyarakat," ujarnya yang juga Ketua PHRI Bali itu.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018