Denpasar (Antaranews Bali) - Persatuan Nasional Aktivis 1998 (Pena 98) bekerja sama dengan badan eksekutif mahasiswa sejumlah perguruan tinggi menyelenggarakan pameran foto dan diskusi yang bertajuk "Peringatan 20 tahun Reformasi 1998".
"Kami bekerja sama dengan badan eksekutif mahasiswa (BEM) perguruan tinggi atau universitas di Bali menyelenggarakan pameran foto dan diskusi dalam memperingati 20 tahun reformasi tersebut," kata Sekretaris Jenderal PENA'98, Adian Napitupulu SH di Denpasar, Bali, Senin.
Ia mengatakan kegiatan tersebut sebagai peringatan 20 tahun Gerakan Reformasi 1998 hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
"Peringatan 20 tahun Reformasi 1998 ini sangat penting bagi bangsa Indonesia untuk mengenang kembali betapa berharganya perjuangan mahasiswa, intelektual, aktivis, dan organisasi masyarakat sipil lainnya membebaskan diri dari belenggu penindasan rezim otoriter orde baru," ucap Adian Napitupulu yang juga pelaku sejarah Gerakan Reformasi 1998.
Di Bali, kata Adian, bekerja sama dengan BEM dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), kegiatan ini dilaksanakan secara marathon pada 14-26 Mei 2018 .
Untuk di kampus Universitas Mahasaraswati dilakukan pada 14-17 Mei, Universitas Udayana (18-21/5), dan Institut Seni Indonesia(ISI) Denpasar (22-24/5), serta beberapa kampus sedang dalam penjajakan pelaksanaan pameran ini.
Presidium Nasional PENA 98 Bali Oktaviansyah mengatakan orde baru selama lebih dari 30 tahun telah terbukti mengekang demokrasi melibatkan militer, kepolisian, birokrasi dalam politik praktis, dan akhirnya lambat laun membawa Indonesia ke dalam jurang kesenjangan ekonomi yang tajam, pada saat itu.
"Bahkan pada waktu itu pengengkangan berdemokrasi sangat kental sekali, sehingga ada ketakutan dalam berbicara untuk menyuarakan kebenaran," ucapnya.
Rektor Universitas Mahasaraswati Dr I Made Sukamerta MPd pada pameran foto dan diskusi tersebut mengatakan berkat Gerakan Reformasi 1998, sehingga dapat merasakan kebebasan seperti saat ini. Namun bagaimana pun kebebasan memiliki batas dan harus mampu mengendalikan diri agar tidak kebablasan.
"Dengan mengingat kembali cita-cita reformasi maka kita akan terhindar dari keinginan untuk kembali dipimpin rezim otoriter, keadilan dan kesejahteran," ucapnya.
Sedangkan keadilan dan kesejahteraan (sebagai cita-cita reformasi) hanya akan terwujud apabila terus menjaga keempat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, yang dengan susah payah dilahirkan oleh para pendiri bangsa Indonesia.
"Saya mengingatkan khususnya kepada mahasiswa, bahwa saat ini tantangan terberat reformasi adalah kemunculan paham radikalisme dan terorisme di Indonesia. Warga kampus harus benar-benar serius mencegah penyebaran paham ini agar tidak berkembang dan mengancam keselamatan serta kerukunan yang sudah terjalin selama ini," ujar Sukamerta dengan tegas.
kegiatan di Kampus Unmas kali ini akan digelar dengan pameran "Foto-foto Reformasi 98" dan dua kali diskusi mengundang mahasiswa, aktivis pergerakan dan masyarakat umum.
Dalam diskusi tersebut menghadirkan Oktaviansyah (pengusaha, mantan aktivis mahasiswa, Presidium Nasional PENA 98 Bali), Nyoman Sukataya SH (anggota KPU Kabupaten Badung, mantan aktivis mahasiswa 98 Unud), Kadek Agus Ekanata SE (pengusaha, Ketua Kosemawar Universitas Warmadewa 1999-2000), dan Rektor Universitas Mahasaraswati Dr Sukamerta.
Kegiatan diskusi serupa akan dilanjutkan di kampus Universitas Udayana dan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan panitia pelaksana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kami bekerja sama dengan badan eksekutif mahasiswa (BEM) perguruan tinggi atau universitas di Bali menyelenggarakan pameran foto dan diskusi dalam memperingati 20 tahun reformasi tersebut," kata Sekretaris Jenderal PENA'98, Adian Napitupulu SH di Denpasar, Bali, Senin.
Ia mengatakan kegiatan tersebut sebagai peringatan 20 tahun Gerakan Reformasi 1998 hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
"Peringatan 20 tahun Reformasi 1998 ini sangat penting bagi bangsa Indonesia untuk mengenang kembali betapa berharganya perjuangan mahasiswa, intelektual, aktivis, dan organisasi masyarakat sipil lainnya membebaskan diri dari belenggu penindasan rezim otoriter orde baru," ucap Adian Napitupulu yang juga pelaku sejarah Gerakan Reformasi 1998.
Di Bali, kata Adian, bekerja sama dengan BEM dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), kegiatan ini dilaksanakan secara marathon pada 14-26 Mei 2018 .
Untuk di kampus Universitas Mahasaraswati dilakukan pada 14-17 Mei, Universitas Udayana (18-21/5), dan Institut Seni Indonesia(ISI) Denpasar (22-24/5), serta beberapa kampus sedang dalam penjajakan pelaksanaan pameran ini.
Presidium Nasional PENA 98 Bali Oktaviansyah mengatakan orde baru selama lebih dari 30 tahun telah terbukti mengekang demokrasi melibatkan militer, kepolisian, birokrasi dalam politik praktis, dan akhirnya lambat laun membawa Indonesia ke dalam jurang kesenjangan ekonomi yang tajam, pada saat itu.
"Bahkan pada waktu itu pengengkangan berdemokrasi sangat kental sekali, sehingga ada ketakutan dalam berbicara untuk menyuarakan kebenaran," ucapnya.
Rektor Universitas Mahasaraswati Dr I Made Sukamerta MPd pada pameran foto dan diskusi tersebut mengatakan berkat Gerakan Reformasi 1998, sehingga dapat merasakan kebebasan seperti saat ini. Namun bagaimana pun kebebasan memiliki batas dan harus mampu mengendalikan diri agar tidak kebablasan.
"Dengan mengingat kembali cita-cita reformasi maka kita akan terhindar dari keinginan untuk kembali dipimpin rezim otoriter, keadilan dan kesejahteran," ucapnya.
Sedangkan keadilan dan kesejahteraan (sebagai cita-cita reformasi) hanya akan terwujud apabila terus menjaga keempat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, yang dengan susah payah dilahirkan oleh para pendiri bangsa Indonesia.
"Saya mengingatkan khususnya kepada mahasiswa, bahwa saat ini tantangan terberat reformasi adalah kemunculan paham radikalisme dan terorisme di Indonesia. Warga kampus harus benar-benar serius mencegah penyebaran paham ini agar tidak berkembang dan mengancam keselamatan serta kerukunan yang sudah terjalin selama ini," ujar Sukamerta dengan tegas.
kegiatan di Kampus Unmas kali ini akan digelar dengan pameran "Foto-foto Reformasi 98" dan dua kali diskusi mengundang mahasiswa, aktivis pergerakan dan masyarakat umum.
Dalam diskusi tersebut menghadirkan Oktaviansyah (pengusaha, mantan aktivis mahasiswa, Presidium Nasional PENA 98 Bali), Nyoman Sukataya SH (anggota KPU Kabupaten Badung, mantan aktivis mahasiswa 98 Unud), Kadek Agus Ekanata SE (pengusaha, Ketua Kosemawar Universitas Warmadewa 1999-2000), dan Rektor Universitas Mahasaraswati Dr Sukamerta.
Kegiatan diskusi serupa akan dilanjutkan di kampus Universitas Udayana dan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan panitia pelaksana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018