Denpasar (Antara Bali) - Masyarakat Bali dan tokoh-tokoh agama Hindu serta pimpinan daerah menggelar acara doa bersama bertajuk "Gema Doa Seribu Genta untuk Kedamaian Nusantara" di depan Monumen Perjuangan Bajra Sandhi, Denpasar, Minggu malam.

"Mari kita kumandangkan doa dari Bali untuk persatuan, untuk keutuhan dan kebhinnekaan negeri ini," kata Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat menyampaikan sambutan pada acara doa tersebut.

Menurut dia, warga Bali semestinya patut berbangga karena di tengah tantangan dan dinamika global, Bali tetap berkembang dalam situasi yang aman dan kondusif.

"Semua ini bisa terjadi karena komitmen dan partisipasi seluruh komponen masyarakat yang bahu-membahu dan gotong royong dengan aparat keamanan," ucap mantan Kapolda Bali itu.

Namun, Pastika mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada serta memantapkan tekad dalam menjaga situasi yang kondusif ini sehingga memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat Bali.

"Terlebih, akhir-akhir ini, kita di Bali mengalami cobaan dengan adanya musibah bencana alam yang menimpa masyarakat kita di Badung, Buleleng, Tabanan dan Bangli," ujarnya.

Bangsa Indonesia, tambah dia, juga mengalami berbagai cobaan seperti gangguan keamanan dan ketertiban, terorisme, bahkan ancaman disintegrasi bangsa.

"Seluruh komponen bangsa harus kembali sadar, kembali memperkuat komitmen mempertahankan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, sehingga mari kita kumandangkan melalui doa bersama ini," kata Pastika.

Dalam acara doa bersama ini, sulinggih (pendeta Hindu), pemangku (pimpinan agama) dan masyarakat berkumpul untuk melakukan upacara pemujaan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) guna memohon keselamatan dan kedamaian Nusantara.

Setelah berdoa, sekitar seribu "pemangku" atau pimpinan agama Hindu dan masyarakat mengelilingi Monumen Bajra Sandhi sembari membunyikan genta untuk menciptakan vibrasi kedamaian di Pulau Bali.

Selain doa bersama, acara diisi dengan tari-tarian dan pembacaan puisi oleh Mayjen TNI Purn I Putu Sastra Wingarta berjudul "Toleransi Harga Mati".

Selanjutnya, penyerahan punia pakaian pemangku oleh Ayu Pastika dan Dayu Sudikerta yang merupakan istri orang nomor satu dan dua di Bali itu. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017