Jakarta (Antara Bali) - Lembaga swadaya masyarakat bidang lingkungan Greenpeace menyatakan transparansi data merupakan salah satu upaya yang jitu guna mencegah terjadinya kembali kebakaran hutan dan lahan pada masa mendatang di Indonesia.
"Transparansi data adalah salah satu cara untuk mencegah kebakaran hutan terjadi atau meluas," kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Yuyun Indradi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, hal tersebut karena melalui adanya transparansi data, maka berbagai pihak dapat mengetahui lokasi titik api secara jelas di suatu tempat yang lahannya terbakar.
Selain itu, ujar dia, transparansi juga membuat berbagai pihak mengetahui siapa yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kebakaran di lokasi tertentu tersebut.
Greenpeace mengingatkan bahwa kebakaran dan bencana asap di penghujung tahun lalu dinilai sebagai tindakan kriminal lingkungan hidup terbesar pada abad ke-21.
Berdasarkan data Bank Dunia, kebakaran hutan tahun 2015 menimbulkan kerugian ekonomi lebih dari 16 miliar dolar AS, dan kerugian lingkungan terkait hilangnya keanekaragaman hayati sekitar 295 juta dolar.
Untuk itu, sebagai salah satu upaya untuk mencegah kebakaran hebat terjadi kembali, Greenpeace meluncurkan Kampanye Hutan Tanpa Api dengan membentuk Tim Cegah Api yang berisi relawan dari berbagai daerah.
Tim ini terlebih dahulu menjalani latihan-latihan sejak pertengahan 2016. Mereka dilatih secara khusus untuk mendeteksi titik api dan memadamkannya.
Bentuk pelatihan lainnya meliputi investigasi potensi kebakaran, edukasi pencegahan kebakaran, pengawasan pengelolaan lahan gambut, hingga pelatihan negosiasi dengan perusahaan dan pemerintah. Deteksi titik panas dilakukan melalui situs Kepo Hutan Greenpeace.
Kampanye Hutan Tanpa Api dan Tim Cegah Api Greenpeace akan terus berusaha mendorong perlindungan hutan dan gambut yang lebih kuat, mendorong transparansi data dan informasi kehutanan serta tata kelola hutan yang lebih baik. Harapan kita adalah tidak ada lagi kebakaran, hutan dan gambut terlindungi serta memberi manfaat lebih besar bagi kehidupan.
Sebelumnnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah meluncurkan portal geospasial teranyar yang berfungsi sebagai basis data mengenai hutan dan sumber daya alam lain yang dimiliki Indonesia.
Portal geospasial ini menggunakan platform analisis berbasis lokasi (ArccGIS) yang dikembangkan oleh penyedia teknologi pemetaan, ESRI. Platform ini mengintegrasikan data kehutanan dan lingkungan hidup yang disediakan oleh berbagai lembaga pemerintahan.
Pengguna akan mendapatkan data mengenai wilayah pemanfaatan hutan, batas-batas daerah aliran sungai (DAS), wilayah dan luas hutan serta lahan untuk keperluan rehabilitasi, lokasi unit pengelolaan hutan, dan data-data lainnya. (WDY)
Tips Greenpeace Cegah Kebakaran Hutan
Jumat, 16 Desember 2016 11:00 WIB