Denpasar (Antara Bali) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Denpasar (Bali dan Nusa Tenggara) fokus menggarap pembiayaan sektor ekonomi kreatif tahun 2017 karena memiliki potensi yang besar untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah.
"Banyak sektor informal yang belum masuk dalam parameter perhitungan ekonomi dan belum banyak tergarap seperti ekonomi kreatif. Jika itu sudah terukur mungkin pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi, kami akan fokus di ekonomi kreatif," kata Pemimpin Wilayah BNI Wilayah Denpasar Anak Agung Gede Agung Dharmawan disela-sela BNI Economic Outlook 2017 di Sanur, Denpasar, Rabu.
Ekonomi kreatif merupakan konsep yang terkait industri kreatif yang menekankan ide kreativitas manusia sebagai sumber daya ekonomi utama sehingga saat ini banyak sektor industri yang lahir dari kreatifitas dan inovasi dari setiap individu.
Contoh ekonomi kreatif tersebut di antaranya kuliner, tata busana atau fashion, musik, fotografi, kerajinan, desain hingga industri yang berbasis teknologi lainnya.
Meski fokus menggarap sektor ekonomi kreatif, Agung mengungkapkan bahwa pihaknya tidak meninggalkan sektor properti dan infrastruktur karena dua sektor tersebut di antaranya cepat menyerap pembiayaan yang disalurkan perbankan.
"Properti dan infrastruktur masih akan jadi alat yang digunakan pemerntah untuk menggerakkan roda ekonomi kalau pertanian pasti secara konsisten dijalankan tetapi yang paling cepat mengeluarkan uang untuk gerakkan (ekonomi) adalah infrastruktur dan properti," katanya.
Selain itu, bank BUMN tersebut juga fokus mengembangkan "e-commerce" atau layanan yang mengakomodir pelaku usaha UMKM berbasis teknologi informasi, apalagi ekonomi kreatif juga masuk dalam "e-commerce" tersebut.
Melalui sinergi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, saat ini bank berpelat merah itu juga gencar dalam mengembangkan e-commerce untuk mendukung pemasaran produk-produk UMKM di daerah
BNI mencatat di wilayah Bali, NTB dan NTT hingga 30 November 2016 total dana pihak ketiga yang dihimpun mencapai Rp15,3 triliun dengan realisasi pembiayaan baik sektor produktif maupun konsumtif lebih dari Rp8,7 triliun.
Realisasi kredit untuk produktif diharapkan dapat ditingkatkan untuk penyaluran khususnya untuk ekonomi kreatif.
Melalui forum tersebut, Agung berharap dapat memberikan gambaran situasi dan peluang ekonomi pada tahun depan, sehingga para pemangku kepentingan dan pelaku usaha dapat membuat keputusan strategis serta sekaligus mengantisipasi tantangan yang mungkin terjadi.
Sementara itu Kepala Biro Ekonomi Pembangunan Provinsi Bali I Nengah Laba mengatakan meski pertumbuhan ekonomi Pulau Dewata menunjukkan perkembangan yang positif namun prospek pertumbuhan ekonomi daerah masih akan dipengaruhi pengaruh ekonomi global yang melambat.
Faktor tersebut, lanjut dia, di antaranya dari segi lapangan usaha masih terdapat risiko penurunan laju pertumbuhan penyediaan akomodasi makan dan minum yang merupakan kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi Bali dari sektor pariwisata.
"Berfluktuasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar juga berpengaruh terhadap tertundanya impor barang modal," ujar Laba.
Forum yang bertajuk "Toward Era New Normal Growth-Menuju Pertumbuhan Ekonomi Normal yang Baru" itu
diikuti lebih dari 160 kalangan birokrat, lembaga negara, BUMN, BUMD, organisasi profesi, serta pelaku usaha lainnya.
Pakar ekonomi nasional Ryan Kiryanto yang memberikan ulasan serta prediksi potensi ekonomi tahun depan bersama dengan Ida Bagus Ngurah Wijaya seorang praktisi dan pelaku pariwisata yang menyampaikan berbagai isu dan perkembangan dunia pariwisata yang dipandu ekonom BNI sekaligus akademisi dari Universitas Udayana, Prof I Wayan Ramantha. (WDY)
BNI Bali Nusra Garap Ekonomi Kreatif 2017
Rabu, 14 Desember 2016 14:56 WIB