Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali mengharapkan masyarakat, seluruh instansi pemerintah, TNI, POLRI, swasta maupun lembaga non pemerintah dan lembaga pendidikan mengibarkan bendera merah putih pada Minggu(20/11).
"Hal itu untuk memperingati 70 tahun Hari Puputan Margarana dan 100 tahun usia pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai," kata Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali , Dewa Gede Mahendra di Denpasar, Kamis.
Ia mengharapkan seluruh masyarakat dan instansi pemerintah mengibarkan bendera Merah Putih satu tiang penuh pada 20 Nopember 2016 mulai pukul 06.00 hingga 8.00 wita.
Pengibaran bendera merah putih tersebut sebagai bentuk peringatan terhadap perjuangan pahlawan I Gusti Ngurah Rai dan pasukan Ciung Wanaranya dalam melawan penjajah 20 November 1946.
Selain itu juga memupuk rasa nasionalisme dan kebangsaan di tengah derasnya arus globalisasi. "Mari maknai peringatan Puputan Margarana dengan semangat nasionalisme dan kebangsaan," ujar Dewa Gede Mahendra.
Kala itu 20 Nopember 1946 atau 70 tahun yang silam di tengah hamparan ladang rimbun ditumbuhi tanaman jagung atau tepat di depan Candi Pahlawan Margarana di Desa Marga, Kabupaten Tabanan, I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Putu Wisnu memberikan tembakan komando sekitar pukul 09.00 waktu setempat, saat pasukan NICA mendekati inti pertahanan "Ciung Wanara".
Tembakan yang dahsyat dan serentak menyebabkan banyak korban yang berjatuhan di pihak NICA yang kemudian menjadi kacau dan mundur, namun kemudian melaju lagi secara bersyarat dan berpencar.
Pada jarak tembak yang efektif, secara serentak pasukan "Ciung Wanara" memuntahkan pelurunya, hingga memaksa pihak NICA harus mundur kembali untuk melakukan konsolidasi menghadapi segala kemungkinan yang timbul.
Pertempuran babak kedua kembali berlangsung setelah NICA mendatangkan bantuan pasukan dari seluruh Bali dengan kekuatan besar, sehingga pertempuran semakin seru dan sengit.
Menjelang tengah hari datang sebuah pesawat terbang, jenis capung yang terbang berputar-putar di atas kedudukan pasukan "Ciung Wanara". Pesawat capung itupun hilang, tak lama kemudian muncul pesawat pembom, pesawat tempur Belanda yang memuntahkan pelurunya ke pasukan gerilya yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai.
Pertempuran bertambah seru, karena pesawat NICA menjatuhkan bom-bom asap dan gas airmata, disamping mendaratkan pasukan andalnya, menjadikan sedikit-demi sedikit pasukan "Ciung Wanara" terdesak dari segala arah.
Pertempuran babak ketiga ditandai keluarnya perintah kepada seluruh pasukan "Ciung Wanara" untuk bertempur sampai titik darah penghabisan.
Seluruh anak buah pasukan I Gusti Ngurah Rai berdiri dan maju menyerang tantara NICA sambil berteriak "Puputan". Pasukan "Ciung Wanara" mengamuk dengan gencarnya. Tembakan yang gencar dari pihak NICA telah membuat satu per satu anggota "Ciung Wanara" jatuh dan gugur, sebagai "Ratna di medan laga".
Pertempuran Margarana merupakan salah satu dari 49 peristiwa penting di Bali sejak balatantara Jepang masuk ke Pulau Bali hingga penyerahan kedaulatan dari tangan penjajah Belanda ke Bangsa Indonesia selama kurun waktu 19 Februari 1942 hingga Desember 1949.
Margarana tercatat pada urutan peristiwa ke-29 dari rentetan puluhan perlawanan melawan penjajah yang terjadi di bumi Bali mulai dari Kabupaten Jembrana, ujung barat hingga Kabupaten Karangasem, di ujung Bali timur. (WDY)