New York (Antara Bali) - Harga minyak dunia sedikit lebih tinggi pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena saham-saham dan dolar bangkit kembali dari penurunan besar di awal perdagangan setelah kemenangan mengejutkan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS.
Harga minyak mentah jatuh sebanyak 4,0 persen mendekati 43 dolar AS per barel, dekat terendah dua bulan, pada Selasa larut malam karena menjadi jelas para pemilih AS mengambil Trump sebagai presiden mereka berikutnya.
Aksi jual yang merupakan bagian dari reaksi pasar berbasis luas, di mana para investor pada Selasa larut malam melepas aset-aset berisiko seperti saham dan dolar yang sejak itu nilainya telah pulih.
Brent berjangka naik 32 sen, atau 0,7 persen, menjadi menetap di 46,36 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS naik 29 sen, atau 0,6 persen, menjadi menetap di 45,27 dolar AS per barel.
"Jika Anda hanya melihat penutupan hari ini versus penutupan kemarin, tidak banyak yang terjadi. Tapi, ada turun naik hampir dua dolar AS per barel di tengahnya," kata James Williams, presiden konsultan energi WTRG Economics di Arkansas.
"Pasar minyak mulai pulih dari posisi terendah mereka semalam, setelah menjadi jelas bahwa Trump telah memenangkan pemilu," Williams mencatat.
Dengan kemenangan Trump, beberapa analis mengatakan ada faktor-faktor yang mendukung harga minyak seperti pergeseran potensial dalamkebijakan AS terhadap Iran.
Trump telah mengkritik kesepakatan nuklir Barat dengan Iran, sebuah kesepakatan yang telah memungkinkan Teheran untuk meningkatkan ekspor minyak mentahnya secara tajam pada tahun ini. Iran mengatakan Trump harus tetap berkomitmen kepada kesepakatan.
Pemerintahan Obama mengatakan akan tetap berkomitmen terhadap kesepakatan Iran sampai bulan-bulan terakhir.
"Ini masih harus dilihat apakah Presiden AS Trump akan mencabut perjanjian nuklir dengan Iran yanga ia telah kritik sangat keras," kata Commerzbank dalam sebuah catatan.
"Jika demikian, harga minyak mungkin akan naik."
Namun demikian, analis lain mengatakan upaya-upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menopang harga minyak
baru saja menjadi jauh lebih sulit dengan kemenangan Trump.
Kartel produsen minyak mungkin harus bertempur dengan permintaan yang lebih lemah untuk minyak mentah jika pertumbuhan ekonomi global melambat di tengah kemenangan Trump, dan karena prospek peningkatan produksi minyak AS berkat janji Trump untuk membuka semua daratan dan perairan federal untuk eksplorasi bahan bakar fosil.
Dalam upaya untuk meningkatkan harga, OPEC sepakat pada September untuk memotong produksi mereka, meskipun keraguan investor telah meningkat bahwa kartel akan mampu menerapkan kesepakatan pada pertemuan berikutnya 30 November.
Harga minyak tetap kurang dari setengah dari tingkat mereka pada pertengahan 2014, tertekan oleh kelebihan pasokan.
Harga minyak sempat jatuh pada Rabu setelah Badan Informasi Energi AS (EIA) merilis data mingguan yang menunjukkan penambahan lagi dalam persediaan minyak mentah AS, tapi akhirnya pasar tampak melewatinya.
EIA mengatakan stok minyak mentah AS naik 2,5 juta barel pekan lalu, satu juta lebih besar dari yang analis perkirakan, demikian dilaporkan oleh Reuters. (WDY)