London (Antara Bali) - Menteri Kebudayaan dan Komunikasi Senegal, Mbagnick Ndiaye mengatakan sejarah hubungan antara Indonesia dan Senegal tidak dapat dilepaskan dari perhelatan Konferensi Asia Afrika tahun 1955 yang merupakan momentum bagi negara-negara Asia dan Afrika untuk melepaskan diri dari kolonialisme.
Hal itu disampaikan Menteri Mbagnick Ndiaye pada Resepsi Diplomatik yang diadakan KBRI Dakar dalam rangka HUT ke-71 Proklamasi Kemerdekaan di Hotel King Fahd Palace, Dakar, demikian Kepala Fungsi Pensosbud KBRI Dakar, Dimas Prihadi kepada Antara London, Minggu.
Dalam resepsi diplomatik yang dihadiri sekitar 300 tamu, Menteri Mbagnick Ndiaye, sebagai salah seorang tamu kehormatan, mengatakan keterlibatan aktif kedua negara dalam berbagai forum multilateral seperti PBB, WTO, MNS dan G77 memungkinkan kedua negara untuk saling bertukar pengalaman-pengalaman terbaik dalam area diplomasi, ekonomi, perdagangan, investasi dan kerja sama teknis.
Mbagnick Ndiaye menyampaikan hubungan kedua negara diperkuat dengan adanya pelatihan yang diberikan Pemerintah Indonesia kepada aparatur Senegal dalam bidang pertanian, kesehatan publik dan teknik diseminasi informasi.
Tidak kalah pentingnya, Menteri Mbagnick Ndiaye menyampaikan mengenai kapal ferry "Willis" yang pernah dicarter Pemerintah Senegal selama dua tahun untuk menghubungkan antara Provinsi Dakar dan Ziguinchor.
Dalam resepsi diplomatik itu terpampang kain benang yang memaparkan tentang aktivitas dan promosi pasukan TNI dalam misi penjaga perdamaian PBB untuk meningkatkan kesadaran masyarakat setempat dan asing di Senegal terutama kalangan diplomatik mengenai misi pencalonan Indonesia menjadi anggota DK PBB periode 2019 - 2020.
Dubes RI di Senegal Mansyur Pangeran menyampaikan ucapan selamat kepada Pemerintah Senegal atas terpilihnya Senegal sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB periode 2016-2017. Pemerintah Senegal saat ini mendapat giliran menjadi Ketua Dewan Keamanan PBB pada bulan November 2016 (selama sebulan).
Dikatakannya Indonesia perlu mencontoh Senegal dan sebagai negara cinta damai yang selalu aktif berpartisipasi mewujudkan perdamaian dunia dengan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian PBB di negara-negara yang terlibat konflik.
Saat ini, Senegal menduduki peringkat ke-7 dalam jumlah pengiriman pasukan perdamaian PBB, sementara Indonesia berada pada peringkat 10.
Dubes Mansyur juga memuji pelaksanaan kerja sama kedua negara yang berlangsung dengan baik di bidang militer, Pemerintah Senegal telah membeli 2 (dua) pesawat CN-235 buatan PT. Dirgantara Indonesia Bandung.
Pesawat CN-235 kedua yang telah dipesan akan selesai dalam waktu dekat dan akan diserahkan kepada Pemerintah Senegal.
Sementara di bidang ekonomi, Dubes Mansyur mengatakan perlunya meningkatkan kerja-sama di area perdagangan karena total perdagangan Indonesia dengan Senegal belum maksimal sehingga hal ini menjadi prioritas pada peningkatan kerja sama tersebut.
Dia juga mendorong kerja sama operator ekonomi kedua negara dan mendorong pengusaha Senegal untuk berpartisipasi pada Trade Expo Indonesia 2017, sebaliknya mendorong pengusaha Indonesia ikut pameran dagang di Dakar (FIDAK) pada bulan November-Desember 2016.
Pada kesempatan itu ia juga mengajak putra-putri Senegal untuk memanfaatkan dua beasiswa yang ditawarkan Pemerintah Indonesia, yaitu beasiswa Darmasiswa dan beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB).(WDY)