Denpasar (Antara Bali) - Harga gabah kering panen (GKP) tingkat penggilingan di Bali naik sebesar 0,02 persen dari Rp4.294,60 per kilogram pada bulan September 2016 menjadi Rp4.375,19/kg pada Oktober 2016.
"Sedangkan harga gabah di tingkat petani menurun sebesar 0,01 persen dari Rp4.294,60 menjadi Rp4.293,98 per kilogram," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, harga gabah di tingkat petani dan penggilingan di Bali itu berada di atas harga patokan pemerintah (HPP) yang berlaku sejak Mei 2015 untuk tingkat petani sebesar Rp3.700 per kg dan tingkat penggilingan Rp3.750 per kg.
Hasil pemantauan harga gabah tersebut dilakukan ditujuh kabupaten di Bali yang meliputi Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng, ujar Adi Nugroho.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana menambahkan, luas tanam padi di daerah ini pada musim tanam Oktober 2015 hingga September 2016 mengalami peningkatan 1.448 hektare dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Di balik tantangan alih fungsi lahan sawah dari 2014 hingga 2015 berkurang seluas 479 hektare, dengan kerja keras seluruh jajaran pertanian didampingi TNI, Bali berhasil meningkatkan luas tanam padi tahun 2016.
Dari luas sawah di Bali saat ini, 80.067 hektare, rata-rata dapat ditanami padi 1,82 kali dalam setahun. Belum optimalnya intensitas tanam padi karena terjadi peningkatan luas tanaman non padi di lahan sawah yakni seluas 21.719 hektare seperti untuk tanaman sayur, bunga, melon dan bahkan tembakau. Tahun ini juga terjadi tunda tanam lebih dari 18.000 hektare karena adanya perbaikan saluran irigasi utama lahan sawah.
"Meskipun kami telah berhasil meningkatkan luas tanaman padi, tetapi pihak Kementerian Pertanian mengharapkan target luas tanam padi di Bali untuk Oktober 2016 seluas 3.000 hektare agar ditingkatkan menjadi 5.000 hektare," ucap Ida Bagus Wisnuardhana.
Hal itu karena akan berpengaruh pada produksi beras nasional untuk Januari 2017, yang biasanya pada bulan tersebut produksi beras sangat rendah karena puncak panen biasanya terjadi pada Maret-April.
Ia mengharapkan agar bantuan peralatan dan mesin pertanian yang telah disalurkan kepada kelompok tani dapat dioptimalkan pemanfaatannya dan lebih intensifkan pendampingan kepada petani. (WDY)