Denpasar (Antara Bali) - Pasaran Australia menyerap paling banyak komoditas pakaian jadi bukan rajutan dari Bali yakni mencapai 27,76 persen dari total nilai ekspor mata dagangan tersebut sebesar 4,24 juta dolar AS selama bulan Agustus 2016.
"Perolehan devisa dari pengapalan mata dagangan tersebut meningkat 26,16 persen dibanding bulan sebelumnya (Juli 2016) yang tercatat 3,36 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Ir Adi Nugroho, MM di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya hanya meningkat 0,04 persen, karena pada bulan Agustus 2015 mengantongi devisa sebesar 4,28 juta dolar AS.
Pakaian jadi bukan rajutan hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali, setelah Australia juga diserap pasaran Amerika Serikat sebesar 24,91 persen,, menyusul Singapura 9,31 persen dan Jepang 2,40 persen.
Selain itu juga diserap pasaran Hongkong 3,26 persen, Tiongkok 0,17 persen, Jerman 0,48 persen, Belanda 1,78 persen, Inggris 1,40 persen dan sisanya 28,43 persen menembus berbagai negara lainnya di belahan dunia.
Adi Nugroho menambahkan, Bali juga menghasilkan devisa dari pengapalan barang-barang rajutan sebesar 1,65 juta dolar AS selama bulan Agustus 2016, meningkat 48,88 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 1,10 juta dolar AS.
Pakaian jadi maupun rajutan yang dikapalkan ke pasaran luar negeri itu bukan produksi pabrik, namun dibuat secara manual sehingga memiliki nilai lebih bagi konsumen luar negeri, terutama Australia, Amerika Serikat dan Singapura.
Ketiga pasaran potensial itu tidak menutup kemungkinan menjual kembali barang-barang rajutan dari Pulau Dewata kepada wisatawan mancanegara yang singgah ke negara tersebut, ujar Adi Nugroho.
Sementara Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Made Suastika menambahkan, pihaknya melakukan berbagai upaya melibatkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dalam meningkatkan perolehan ekspor non migas daerah ini.
Upaya tersebut menekankan pada peningkatan produksi UMKM yang mampu menembus dan bersaing di pasaran ekspor. Untuk UMKM usaha tekstil dan produk tekstil (TPT) misalnya melakukan program pendampingan tenaga ahli perancang busana (desainer) untuk perajin usaha tenun.
Pendanpingan tenaga ahli bidang rancang bangun itu dengan harapan mampu meningkatkan kualitas desain pakaian dalam memenuhi selera konsumen di mancanegara.
Terobosan yang dilakukan dalam beberapa tahun belakangan ini, mengingat perolehan ekspor nonmigas Bali, khususnya dari TPT semakin menurun dan belakangan ini mulai meningkat, ujarnya. (WDY)
Pasaran Australia Serap 27,76 Persen Pakaian Jadi
Minggu, 30 Oktober 2016 18:40 WIB