Yogyakarta (Antara Bali) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN) masih melakukan pengkajian rencana lokasi pembangunan bandar
udara (bandara) antariksa Indonesia.
"Sekarang sudah mengerucut apakah lokasinya di Morotai atau Biak.
Tahun ini kami harapkan sudah bisa ditentukan," kata Kepala LAPAN Thomas
Djamaluddin usai Seminar Nasional "Pengembangan Kebijakan dan Regulasi
Nasional Penerbangan dan Antariksa: Problema dan Tantangan" di
Universitas Atmajaya, Yogyakarta, Kamis.
Thomas mengatakan rencana induk pembangunan bandara antariksa (space spot) telah tertuang dalam Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2013 tentang Keantariksaan.
Bandara
itu penting bagi Indonesia untuk merespons terus berkembangnya
teknologi keantariksaan dunia serta mendorong kemandirian penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan antariksa nasional.
Menurut dia, saat ini LAPAN telah memiliki Stasiun Peluncuran Roket
di Desa Cilautereun, Kecamatan Pamengpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Namun, stasiun itu hanya berfungsi sebagai pusat uji terbang roket
berskala kecil.
"Sedangkan untuk peluncuran roket berskala besar tentu memerlukan tempat yang lebih aman," kata dia.
dikomersialkan
Selain berfungsi menunjang pengembangan program keantariksaan
nasional, pembangunan bandara antariksa disebut cukup potensial untuk
dikomersialisasikan di kancah internasional karena wilayah ekuator
menjadi kawasan favorit bagi negara-negara peluncur roket atau satelit.
Thomas mengatakan pemilihan lokasi di wilayah Indonesia bagian Timur
yakni Kabupaten Biak, Papua atau Kabupaten Morotai, Maluku Utara paling
memungkinkan sebab tingkat kepadatan penduduk relatif lebih rendah dan
berhadapan dengan Samudera Pasifik.
"Harus memilih lokasi yang aman supaya jangan sampai ada risiko
kejatuhan objek antariksa setelah dilakukan peluncuran," kata dia.
Penentuan lokasi masih memerlukan kajian secara komprehensif sebab
baik di Biak atau Morotai sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan.
Ditinjau
dari sisi kesiapan infrastruktur, Biak relatif lebih memadai, namun di
wilayah itu jumlah warga lebih tinggi sehingga harus ada relokasi
penduduk.
"Sedang di Morotai penduduk sangat jarang, namun insfrastruktur penunjang masih belum banyak," kata dia.
Setelah lokasi diputusakan dan mendapatkan persetujuan tingkat
nasional kemudian akan dilakukan pendalaman dan perencanaan anggaran
yang diperlukan untuk pembangunan bandara antariksa itu.
Proses pengembangan bandara akan melibatkan mitra-mitra LAPAN di kancah internasional.
"Yang jelas 25 tahun ke depan Indonesia sudah harus memiliki bandara antariksa," kata dia. (WDY)
LAPAN akan Bangun Bandara Antariksa di Dua Tempat Ini
Kamis, 20 Oktober 2016 16:13 WIB