Vientiane (Antara Bali) - Presiden Joko Widodo menyerukan
pentingnya kerja sama ASEAN dalam mengamankan perairan kawasan yang
semakin rentan terhadap kejahatan transnasional, termasuk perampokan,
penculikan dan penyanderaan, serta penangkapan ikan ilaegal.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat mengikuti
rapat pleno pemimpin ASEAN di National Convention Center (NCC)
Vientiane, Laos, Selasa.
Sebelumnya, pembahasan mendetail terkait upaya-upaya yang perlu
dilakukan untuk meningkatkan keamanan di perairan ASEAN telah dilakukan
dalam Pertemuan Dewan Politik-Keamanan ASEAN ke-14 di tempat yang sama.
Dalam penjelasan yang diberikan sebelum rapat pleno, Menteri Luar
Negeri Retno Marsudi menyampaikan agenda utama dalam pleno tersebut
untuk membahas sejauh mana pelaksanaan tugas masing-masing negara
anggota untuk bersinergi dalam mewujudkan Komunitas ASEAN 2025, termasuk
dalam pilar politik-keamanan ASEAN.
"Salah satunya, masalah keamanan di Laut Sulu dan perairan
sekitarnya, terutama 3 negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Filipina
untuk mempererat kerja sama untuk menjamin keamanan di sana," kata dia.
"Isu ini sudah dimulai dibahas di ASEAN Ministerial Meeting (pertemuan tingkat menteri ASEAN) Juli lalu," lanjut Menlu.
Selain pilar politik-keamanan, pleno para pemimpin negara-negara
ASEAN juga membahas perkembangan menuju ASEAN Community Building 2025 di
bidang ekonomi dan sosial-budaya.
Secara khusus, Indonesia memfokuskan pembahasan dalam pleno ASEAN
ke dalam tiga isu, yakni pentingnya meningkatkan sentralitas ASEAN,
mencapai ASEAN Community Building, dan momentum 50 tahun ASEAN pada 2017
nanti untuk meningkatkan sinergi di kawasan.
Selain Menlu RI, turut hadir dalam rapat pleno ASEAN di NCC adalah
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri
Perdagangan Enggartiasto Lukita, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. (WDY)
Indonesia Serukan Koordinasi ASEAN Amankan Jalur Laut
Rabu, 7 September 2016 3:25 WIB