Negara (Antara Bali) - Akibat badai sekitar dua bulan terakhir, nelayan di Kabupaten Jembrana mencari pekerjaan di luar melaut, salah satunya dengan menjadi buruh petik cengkeh.
"Banyak nelayan yang mencari pekerjaan serabutan di darat. Saya memilih jadi buruh memetik cengkeh bersama menantu saya," kata Samsul, salah seorang nelayan di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jumat.
Ia mengatakan, dirinya mendapatkan upah memetik cengkeh dengan sistem borongan, sesuai dengan luas lahan yang mampu ia petik.
Menurutnya, badai yang terjadi di laut, tidak hanya berdampak terhadap nelayan yang menggunakan perahu selerek, tapi juga nelayan yang memakai sampan dengan jarak tempuh melaut yang lebih pendek.
Kebingungan karena sudah sekitar dua bulan tidak melaut, juga disampaikan Madek, nelayan lainnya yang menjadi anak buah perahu selerek.
Ia mengatakan, saat gelap bulan sebelumnya, perahu yang diikutinya pernah mencoba untuk melaut, namun hasil tangkapnya hanya sedikit sehingga tidak sesuai dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
"Ikan sebenarnya ada, tapi kami tidak bisa menebar jaring karena ombak besar disertai angin kencang. Perahu kami saja berlayarnya hampir tegak, karena besarnya ombak," katanya.
Menurutnya, untuk hidup sehari-hari, ia mengandalkan tabungan baik uang maupun perhiasan yang dikumpulkan saat tangkapan ikan banyak beberapa waktu lalu.
Kesulitan nelayan untuk melaut karena badai, juga dirasakan Saiful, salah seorang pengepul ikan layur yang mengaku, belakangan ini nyaris tidak ada nelayan yang menyetorkan ikan layur kepadanya.
"Kayaknya masih agak lama nelayan baru bisa melaut. Biasanya puncak badai terjadi pada bulan Agustus ini," katanya saat ditemui di rumahnya, di Dusun Kelapa Balian.
Para nelayan berharap, saat gelap bulan yang akan datang, cuaca membaik sehingga hasil tangkap di laut kembali normal.(GBI)
Nelayan Jembrana Alih Profesi Buruh Petik Cengkeh
Jumat, 19 Agustus 2016 17:00 WIB