Mangupura (Antara Bali) - Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Pertanian, Petang, Kabupaten Badung, Bali, mengembangkan cara bercocok tanam sayur dengan sistem hidroponik, karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan tidak memerlukan lahan luas.
"Dalam pengembangan sistem budidaya pertanian dengan cara hidroponik ini, saya kerjakan bersama dengan kelompok Budidaya Yoana Farm yang beranggotakan 20 orang," kata Gede Febriana, Siswa kelas tiga SMK Negeri 1 Petang, Badung, di Mangupura, Senin.
Ia mengatakan, sistem bercocok tanam ini banyak diminati masyarakat perkotaan, karena dapat dilakukan di halaman yang sempit.
"Saat ini kami memiliki 95 pelanggan yang tertarik menggeluti pertanian sistem hodroponik yang tersebar di Denpasar, Badung Utara dan Kawasan Jimbaran," ujarnya.
Selain itu, pihaknya bersama kelompok Budidaya Yoana Farm juga melayani masyarakat yang ingin melayani instalasi hidroponik.
"Rencananya kami juga mendapatkan bantuan dari pemerintah Kabupaten Badung dan dana desa untuk pembuatan "green house" dan instalasi hidropinik ini," ujarnya.
Ia mengakui, pengalaman dalam memperkenalkan budidaya sayur dengan sistem hidroponik ini sempat dipresentasikan di Jakarta dan meraih juara sebagai "enterprener" muda dibidang hidroponik untuk skala rumah tangga.
Selain menjual instalasi hidroponik, pihaknya juga melakukan pendampingan kepada konsumen yang memasang instalasi hidroponik ini.
"Hal ini dilakukan karena keuntungan pendampingan instalasi hidroponik dan penjualan hidroponik ini memiliki nilai jual tang tinggi," katanya.
Keuntungan penanaman sayur dengan sistem hidroponik ini, tidak membutuhkan lahan yang luas atau dapat dibuat di halaman rumah, proses penanaman tidak dipengaruhi cuaca, produk pertanian yang dihasilkan sangat bersih dan hasil panennya lebih cepat.
"Untuk kualitas sayur yang dihasilkan dengan sistem hidroponik ini, menghasilkan sayur yang berkualitas baik," ujarnya.
Ia juga mengakui, untuk biaya penanaman sayur menggunakan sistem hidroponik ini jauh lebih mahal dari pada menggunakan sistem pertanian konvensional (pertanian dengan lahan yang luas).
"Biaya per meter membuat hidroponik mencapai Rp1 juta dengan 39 populasi jenis sayuran sesuai keinginan. Keunggulan yang didapat dengan sistem pertanian hidroponik dapat mengurangi ongkos tenaga kerja dan hasil panen lebih berkualitas dengan cepat balik modal," ujarnya.
Pihaknya tertarik memilih pengembangan pertanian dengan sistem hidroponik, karena tidak menggunakan lahan yang luas, tidak harus berkotor-kotoran saat melakukan bercocok tanam dengan sistem tersebut.
Untuk membuat pertanian hidroponik cukup menggunakan pipa paralon sebagai tempat pengaliran air, net pot dan rootpul untuk media penanaman sayur dan sejumlah unsur hara untuk nutrisi tanaman itu. (WDY)
Siswa SMKN 1 Petang Kembangkan Pertanian Hidroponik
Rabu, 27 Juli 2016 7:07 WIB