Badung (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, berkomitmen untuk mengembangkan pertanian hidroponik yang membutuhkan lahan yang terbatas juga sebagai upaya meningkatkan urban farming atau pertanian urban.
"Ini merupakan upaya dalam meningkatkan dampak ekonomis sampingan karena pertanian hidroponik tidak butuh modal dan lahan begitu banyak," ujar Wakil Bupati Badung, Bali, I Ketut Suiasa saat menghadiri kegiatan panen sayuran di Rumah Hidroponik Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Abiansemal, Desa Blahkiuh, Badung, Kamis.
Ia mengatakan, dengan pengembangan pertanian hidroponik, pihaknya ingin mendorong generasi muda terjun ke pertanian, khususnya pertanian organik sehingga generasi muda tidak hanya berpikir untuk berorientasi pada sektor pariwisata yang selama ini menjadi sektor andalan Kabupaten Badung namun mulai melirik sektor pertanian.
"Ini konsepnya ramah lingkungan, pertanian, ekonomis, juga pariwisata kami berdayakan. Jadi generasi muda akan didorong untuk terjun ke pertanian. Tindaklanjutnya nanti komunitas pemuda akan kami ajak ke tempat seperti ini sehingga mereka tidak hanya mengandalkan teori namun dapat berinteraksi langsung dengan petani dan meningkatkan daya tarik dan keinginan mereka untuk bertani," katanya.
Baca juga: Wabup Badung apresiasi pertanian kota oleh masyarakat
Pada kesempatan tersebut, Wabup Suiasa juga berdiskusi dengan para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) terkait dengan efektivitas kerja petugas PPL dalam mendampingi masyarakat untuk mengedukasi pertanian.
Wabup Suiasa mengaku, dari diskusi itu pihaknya mendapat banyak informasi dan masukan dari para petani serta penyuluh antara lain masalah air dan pengairan yang perlu ditingkatkan dari sisi volume dan pola jaringan irigasi, masalah pemasaran dan harga hasil produksi dari para petani.
Menurutnya, untuk Penyuluh Pertanian Lapangan saat ini juga masih mengalami kekurangan tenaga antara karena rasio jumlah PPL yang masih 25 sedangkan jumlah subak ada 122 termasuk subak yeh dan subak abian.
"Hal ini merupakan masukan yang luar biasa sebagai referensi dasar berpikir yang lebih obyektif dan lebih riil sehingga kami bisa berpikir kebijakan apa yang lebih sesuai dengan harapan mereka," ungkap Wabup Suiasa.
Terkait hal itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung, I Wayan Wijana menjelaskan, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka para penyuluh perlu untuk semakin mengembangkan wawasan mereka melalui pendidikan dan pelatihan sementara jumlah penyuluh pertanian tiap tahun semakin berkurang karena ada yang pensiun dan sebagainya.
"Hingga saat ini jumlah penyuluh hanya tersisa 25 orang penyuluh. Idealnya masing-masing desa minimal ada satu orang tenaga penyuluh, oleh karena itu kami siasati saat ini satu orang penyuluh diberikan tugas tiga sampai dengan empat desa. Untuk peremajaan para penyuluh, kami mengharapkan kepada BKD agar mengusulkan formasi untuk pengadaan penyuluh," katanya.