Sigi, Sulawesi Tengah (Antara Bali) - Wakil Presiden Jusuf Kalla
mengenang fenomena alam Gerhana Matahari Total (GMT) pada 1983 sungguh
berbeda dari fenomena serupa tahun ini.
"Saat itu pemerintah
otoriter. Kita dilarang keluar, tidak ada yang berani melawan. Saya
keluar rumah, periksa kondisi jalan, tapi tidak berani memandang
langsung matahari, takut," ujar JK sambil terkekeh sesuai menyaksikan
GMT bersama masyarakat di Lapangan Desa Kotapulu, Kecamatan Dolo,
Kabupaten Sigi, Rabu.
Ia terkesan dengan gerhana selama 2 menit 20 detik pada pukul 08.37 WITA itu.
JK
mengenakan kacamata khusus yang disediakan pihak panitia sekaligus
memantau layar monitor yang disediakan BMKG agar tidak sedikit pun
melewatkan detik-detik krusial saat siang berubah menjadi gelap sebelum
terang lagi.
"Bagi saya sangat indah. Bagaimana matahari yang
berjarak sekitar 150 juta kilometer dari bumi dan bulan berjarak 40 juta
kilometer dapat terlihat pada sisi yang pas. Ini tanda kebesaran
Allah," ujarnya takjub.
Beberapa menit sebelumnya Wapres
shalat sunnah gerhana matahari (shalat Kusuf) bersama masyarakat di
Lapangan Desa Kotapulu Palu.
Bertindak sebagai imam adalah Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Masdar Farid Masudi dan khotib Prof Komaruddin Hidayat. (WDY)
Beda GMT 2016 dengan GMT 1983 di Mata JK
Rabu, 9 Maret 2016 15:16 WIB