Denpasar (Antara Bali) - Sehari sebelum perayaan suci Nyepi umat Hindu melaksanakan upacara "Tawur Agung" sebagai bentuk penyucian alam semesta, khusus di Denpasar pelaksanaanya diselenggarakan di Lapangan Puputan Badung, Bali, Selasa.
Kegiatan ritual itu dipimpin enam rohaniawan Hindu (Sarwa Sadaka) yakni Ida Pedanda Gede Telaga, Ida Padanda Istri Budha, Ida Resi Bhujangga Waisnawa Putra, Ida Jro Dukuh Udhalaka Dharma, Ida Sri Empu Dharma Sunu dan Ida Pandita Empu Jaya Putra Pamuteran .
Pelaksanaan "Tawur Agung" terkait pelaksanaan hari raya suci Nyepi tahun saka 1938, dihadiri Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra bersama Wakilnya IGN Jaya Negara, Sekda Kota Denpasar AAN Rai Iswara, pimpinan SKPD serta ribuan umat sedharma.
Tawur Agung ini tergolong upacara "Buta Yadnya" atau kurban suci dalam Agama Hindu, persembahan dalam bentuk upakara sebagai ciri "Tawur" adalah persembahan berbagai macam binatang menjadi korban suci.
Di antaranya lapisan dasar dipersembahkan ayam "manca sata" (lima ayam), untuk arah timur dipersembahkan angsa, selatan sapi, barat daya "asu blangbungkem", barat kambing, utara kucit butuan, ditengah bebek blangkalung dan paling atas kerbau. Sedangkan untuk di depan "sanggar tawang" dipersembahkan kambing.
``Semua Korban itu dipersembahkan kepada `butha kala`, agar buta kala menjadi somia (netral) dan kembali pada akikat dirinya yakni keaspek `siwa" (Tuhan) yang penuh cinta kasih,`` kata ketua panitia kegiatan ritual sekaligus Kabag Kesra Setda Kota Denpasar IGN Bagus Mataram.
Sementara Wali Kota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra mengharapkan agar pada pelaksanaan "pengerupukan" atau sehari menjelang Nyepi berjalan baik, kondusif, tenang dan lancar.
Rai Mantra menekankan kepada semua umat agar pada hari raya Nyepi, khususnya masyarakat Kota Denpasar dijadikan ajang mengintrofeksi diri agar menjadi lebih baik ke depannya.
``Dengan melaksanakan semua itu maka pelaksanaan hari raya Nyepi menjadi aman dan nyaman,`" ujarnya.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Denpasar Komang Sri Marheni menambahkan "Tawur Agung Kesanga" ini merupakan penyucian alam semesta, sehingga unsur-unsur yang bersifat negatif menjadi netral. Dengan demikian dapat memberikan pengaruh positif kepada masyarakat Kota Denpasar.
Sri Marheni berharap agar umat beragama meningkatkan rasa toleransi saling menghormati antarpemeluk agama. Sehingga pada perayaan Hari raya Nyepi tidak terjadi konflik.
"Mari kita junjung tinggi toleransi antaraumat beragama, sehingga terjadi keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya. (WDY)