Singaraja (Antara Bali) - Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Buleleng, Bali, mengharapkan umat mengamalkan sifat-sifat kedewataan atau Madawa memaknai Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Caka 1938, yang bertepatan gerhana matahari total, Rabu (9/3).
"Momentun tahun baru ini, kami berharap sifat-sifat buruk manusia seperti raksasa atau Danawa menjadi Manawa atau sifat manusia yang baik menuju sifat Madawa," kata Ketua PHDI Kabupaten Buleleng, Dewa Nyoman Suardana dalam Dharma Wacana (ceramah agama) serangkaian ritual "Tawur Kesanga" (upacara penyucian alam semesta) di Singaraja, Selasa.
Menurut dia, sifat Madawa bagi umat Hindu itu diharapkan lebih dikedepankan mengingat saat ini hubungan antarsesama manusia kerap kali tidak harmonis.
Guru Agama Hindu di SMA Negeri 3 Singaraja itu menyebutkan bentrok antarorganisasi kemasyarakatan yang terjadi beberapa waktu lalu di Denpasar dan kasus kekerasan lainnya merupakan contoh sifat raksasa yang harus dihilangkan dan berubah menjadi lebih baik memasuki tahun baru ini.
"Hal itu tentunya sangat disayangkan apalagi sudah menelan korban jiwa," ucapnya.
Selain itu, ciri-ciri sifat keraksasaan juga tercermin dalam "Asuri Sampad" yang wajib dihindari oleh manusia dalam ajaran Weda menurut Bhagawad Gita.
Momentum tahun baru ini, lanjut dia, diharapkan umat Hindu mengawali dirinya dengan mengamalkan sifat Daiwi Sampad yang memiliki sifat kedewataan sama halnya dengan Madawa.
"Rasa toleransi antarsesama merupakan hal yang harus terus dikedepankan sehingga akan lebih harmonis," ujarnya.
Sifat-sifat buruk layaknya raksasa itu pula diterjemahkan umat ke dalam kreativitas seni dan budaya dalam ritual pawai "ogoh-ogoh" (boneka raksasa) berwujud menyeramkan yang diarak sehari menjelang Nyepi atau "pengerupukan".
Nilai yang dipetik dalam pawai ogoh-ogoh itu, ucap Suardana, untuk mengingatkan manusia meminimalkan sifat buruk layaknya raksasa itu.
Saat Nyepi, umat Hindu melakanakan Catur Brata Penyepian, yakni empat pantangan (larangan) yang wajib dilaksanakan dan dipatuhi yakni tidak melakukan kegiatan/bekerja (amati karya), tidak menyalakan lampu atau api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan) serta tidak mengadakan rekreasi, bersenang-senang atau hura-hura (amati lelanguan). (WDY)