Jakarta (Antara Bali) - Tiga tokoh Indonesia lulusan universitas di Inggris mendapatkan penghargaan sebagai lulusan Inggris terbaik dari pemerintah Inggris melalui British Council dalam Education UK Alumni Award 2016, Kamis malam.
Mereka adalah Betty Purwandari, Direktur Teknologi Informasi Universitas Indonesia, Theresia Alit Widyasari, wirausahawati muda pendiri tiga merek usaha "clothing", dan Ahmad Fuadi, penulis novel Negeri 5 Menara.
Ketiganya mewakili pencapaian terbaik yang terbagi dalam tiga kategori yaitu pencapaian profesional, kewirausahaan dan dampak sosial dengan mengalahkan lima finalis lainnya.
Betty Purwandari menjadi alumni terbaik di kategori pencapaian profesional.
Setelah menyelesaikan program doktoralnya di bidang Ilmu Komputer di Universitas Southampton, Betty pulang ke Tanah Air untuk kembali bekerja di Universitas Indonesia.
Betty dipandang sebagai alumni terbaik setelah membantu merombak dan memajukan layanan teknologi informasi di UI yang kemudian berdampak besar terhadap cara kerja universitas untuk memberikan layanan akademis, riset, dan hubunga masyarakat di skala nasional.
Betty juga ingin memberi inspirasi bahwa berkarir di bidang teknologi informasi itu bukan hal yang tidak mungkin bagi para perempuan muda Indonesia.
Sementara itu, Theresia Alit Widyasari menjadi alumni terbaik di kategori kewirausahaan karena dia berhasil menciptakan lapangan pekerjaan bagi generasi muda dengan mendesain, memproduksi, dan memasarkan produk busana lewat tiga merek baju yang dia ciptakan.
Lulusan Universitas Westminster jurusan managemen bisnis fashion itu mengaku hidup dan belajar di luar negeri telah membantu memperluas wawasan dan mempertajam keahlian berwirausahanya.
Lain halnya dengan Ahmad Fuadi yang mengejar impiannya untuk bisa belajar di Inggris.
Ahmad dipandang mempunyai dampak sosial yang besar lewat novel yang dia tulis yaitu Negeri 5 Menara, yang juga sudah dibuat filmnya. Ahmad yakin jika buku adalah suatu alat yang bisa digunakan untuk membuat perubahan sosial.
Bersama dengan para pembaca novelnya, dia mendirikan Komunitas Menara, suatu komunitas nirlaba yang memberikan akses pendidikan dan buku-buku kepada masyarakat kurang mampu.
Penghargaan ini adalah bukti nyata dari kekuatan guru memotivasi murid, kata Ahmad yang teringat akan masa kecilnya di pesantren. (WDY)