Mataram (Antara Bali) - Sejumlah pakar gunung api dari Indonesia dan
Prancis berencana melakukan penelitian meletusnya Gunung Rinjani Purba
atau dikenal dengan Gunung Samalas tahun 1257 Masehi.
"Penelitian ini dimulai dari rekonstruksi sebelum dan sesudah
meletusnya Gunung Rinjani Purba atau dikenal dengan Gunung Samalas yang
meletus pada tahun 1257 Masehi," kata Pakar Geologi Nasional Heryadi
Rachmat seusai bertemu Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi di Mataram,
Kamis.
Ia menjelaskan, sejumlah pakar gunung api akan ikut serta terlibat
dalam penelitian tersebut. Mereka diantaranya berasal dari Badan
Arkeologi Nasional, Tim Geologi Kementerian ESDM, Universitas Gajah
Madha (UGM), dan Universitas Mataram (Unram).
Tidak ketinggalan, peneliti gunung berapi kenamaan asal Prancis
Prof Dr Frank Lavigne dari Universitas Paris, Pantheon Sorbone. Yang
tidak lain yang mengungkap tentang sejarah letusan Gunung Samalas.
"Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah tentang
NTB khususnya Lombok dalam mewarnai peristiwa geologi dan vulkanologi
dunia, termasuk menjadi daya tarik wisata bagi NTB yang saat ini telah
mengembangkan obyek wisata alam dan budaya," jelasnya.
Menurut Heryadi, berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan
oleh Prof Dr Frank Lavigne dari Universitas Paris, Pantheon Sorbone,
sebaran sulfur letusan Gunung Samalas atau kini Gunung Rinjani melebihi
dahsyatnya letusan Gunung Tambora. Bahkan, akibat letusan yang terjadi
pada tahun 1257 Masehi tersebut telah mempengaruhi iklim global kala
itu.
Bahkan, kata Rachmat, pada zaman sejarah, dari tiga Gunung Api yang
masuk catatan dunia, karena letusanya yang maha dahsyat ada dua di NTB,
yakni Gunung Samalas atau Gunung Rinjani di Pulau Lombok dan Gunung
Tambora di Pulau Sumbawa. Sedangkan, satunya lagi adalah Gunung
Krakatau.
"Bila banyak hal terungkap dalam penelitian ini, tentu akan jadi
aset sejarah vulkanologi dan geologi yang tak ternilai harganya,"
ucapnya.
Ia mengatakan, untuk melakukan penelitian dan mengumpulkan
bukti-bukti tentang letusan Gunung Samalas yang terjadi pada tahun 1257
Masehi ini, masih membutuhkan waktu cukup lama. Sebab, berdasarkan
catatan sejarah tentang Samalas tersebut masih sedikit.
"Inilah yang kita akan coba gali, sehingga diperoleh secara jelas
tentang sejarah Samalas. Karena berdasarkan Babat (Tulisan Lontar)
Lombok terjadi letusan dahsyat yang pernah terjadi di Lombok,"
ungkapnya.
Sementara Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi mendukung penuh
penelitian tersebut, karena tentu akan bermanfaat bagi pembangunan dan
masyarakat NTB kini dan masa mendatang.
Menurut dia, penelitian tentang Samalas ini penting, karena dapat
memberi perspektif bagi masyarakat Lombok, NTB maupun Indonesia tentang
bagaimana Lombok dahulunya. (WDY)
Pakar Indonesia-Prancis Teliti Gunung Rinjani Purba
Jumat, 4 Maret 2016 7:49 WIB