Jakarta (Antara Bali) - Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono
mengungkapkan gempa bumi berkekuatan 7,8 Skala Richter di Mentawai dan
Sumatera Barat, Rabu malam kemarin, adalah gempa bumi dangkat akibat
aktivitas sesar mendatar.
"Posisi episenter menunjukkan bahwa
pusat gempa bumi ini terletak di bagian utara dari zona Cekungan Wharton
yang memang banyak terdapat segmen spreading ridge. Cekungan
Wharton memiliki kaitan dengan pergerakan dasar Samudra Hindia dan
zona-zona patahan di sekitarnya. Lokasi ini berada di antara Kepulauan
Mentawai dan zona Ninetyeast Ridge," kata Daryono menjelaskan gempa bumi
besar itu lewat Twitter.
Hari Rabu, 2 Maret 2016, pukul 19.49.47
WIB, wilayah Mentawai dan Sumatera Barat diguncang gempa bumi tektonik
berkekuatan M=7,8.
Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa
episenter gempa bumi ini terletak pada koordinat 4,92 derajat lintang
selatan dan 94,39 derajat bujur timur dengan kedalaman hiposenter 16
kilometer, tepatnya di Samudera Hindia pada jarak 636 kilometer arah
barat daya Mentawai.
Guncangan gempa bumi dirasakan di Kepulauan
Mentawai dan Kota Padang hanya mencapai skala intensitas II-III MMI.
Belum ada laporan kerusakan bangunan rumah akibat gempa bumi ini.
Ninetyeast
Ridge adalah punggungan dasar laut di Samudera Hindia. Punggungan ini
memiliki panjang sekitar 5.000 kilometer dari Teluk Benggala ke selatan
hingga sebelah barat Benua Australia. Punggungan ini diduga terbentuk
oleh proses geologis jejak pergerakan benua mikro India dari selatan ke
utara sejak 71 juta tahun lalu.
Tentu saja di dekat ridge ini, pada masa pembentukannya juga banyak terjadi gempa bumi yang mirip dengan investigator ridge di sebelah timurnya yang juga menyebabkan gempa bumi yang berpusat di tengah samudera, papar Daryono.
Hasil
analisis mekanisme sumber gempa bumi oleh BMKG menunjukkan bahwa nilai
parameter sesar akibat gempa bumi memiliki nilai strike 5 derajat dan
dip 84 derajat. Ini berarti gempa bumi yang terjadi dibangkitkan oleh
sebuah aktivitas sesar mendatar dengan arah jurus sesar yang berarah
utara-selatan.
Daryono melanjutkan, terkait hubungan antara
tektonik dan aktivitas kegempaan, parameter sesar di atas menunjukkan
ada relevansi dengan kondisi tektoniknya, yakni kaitan antara kawasan
retakan dan aktivitas gempa bumi dengan penyesaran mendatar yang berarah
utara-selatan itu.
"Patut disyukuri bahwa peristiwa gempa bumi
kuat ini dibangkitkan oleh sesar dengan arah pergerakan mendatar
sehingga tidak memicu terjadinya tsunami," kata Daryono.
Verifikasi yang dilakukan terhadap peralatan monitoring pasang surut air laut (tsunami gauge) yang tersebar di pantai barat Sumatera menyimpulkan bahwa tsunami memang tidak terjadi.
BMKG secara resmi mengakhiri peringatan dini tsunami tepat pukul 22.32.42 WIB.
"Pantai
barat Sumatera dinyatakan aman, sehingga bagi masyarakat pesisir pantai
yang sempat melakukan evakuasi dihimbau untuk kembali ke rumah-masing,"
kata Daryono.
Hingga hari Kamis dini hari pukul 03.00 WIB tercatat ada 6 aktivitas gempa bumi susulan dengan kekuatan yang terus mengecil.
"Berdasarkan
data gempa bumi susulan ini diyakini bahwa tidak akan terjadi gempa
bumi dengan kekuatan yang lebih besar. Untuk itu masyarakat dihimbau
untuk tetap tenang dan tidak terpancing oleh isu. Pastikan bahwa
informasi terkait gempabumi dan tsunami bersumber dari BMKG," tutup
Daryono dalam keterangan tertulisnya itu yang dicuit via Twitter.' (WDY)
Mengapa dan Bagaimana Bisa Terjadi Gempa Besar di Mentawai
Kamis, 3 Maret 2016 8:56 WIB