Badung, Bali (ANTARA) - Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menegaskan informasi terkait dengan potensi gempa besar atau megathrust termasuk di wilayah selatan Bali bukan prediksi atau peringatan dini.
“Sehingga kami harap tidak dimaknai secara keliru seolah-olah akan terjadi dalam waktu dekat,” kata Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Senin.
Ia mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan beraktivitas normal misalnya melaut, berdagang, atau berwisata di pantai.
Meski begitu, ia meminta apabila masyarakat merasakan gempa bumi kuat ditambah durasi yang lama, agar segera keluar rumah atau bangunan gedung dan menjauhi wilayah pantai.
Namun, berdasarkan pengamatan kegempaan di selatan Bali, ujar dia, secara umum relatif aman dengan didominasi gempa bumi magnitudo 3-4.
BMKG Pusat menjelaskan potensi gempa bumi di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut disebutkan “tinggal menunggu waktu” yang telah disampaikan sebelumnya, karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar.
Baca juga: BPBD Bali minta masyarakat tak panik soal potensi gempa magnitudo 9,0
Meski begitu, kata dia, bukan berarti akan segera terjadi gempa dalam waktu dekat.
Ia menjelaskan dikatakan “tinggal menunggu waktu” karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah rilis gempa besar, sedangkan Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum terjadi
“Sampai saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dengan tepat dan akurat,” ucapnya.
Cahyo mengatakan para ahli menduga bahwa zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut merupakan zona kekosongan gempa besar atau seismic gap yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.
Untuk itu, seismic gap itu perlu diwaspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Potensi gempa bumi megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut bukan merupakan hal baru bahkan sudah ada sejak sebelum gempa dan tsunami Aceh pada 2004.
Gempa bumi besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada 1757 dengan usia seismic gap 267 tahun dan gempa bumi besar di Mentawi-Siberut terjadi pada 1797 dengan usia seismic gap 227.
“Artinya kedua seismic gap itu periodenya sudah lama,” kata Cahyo.