Kupang (Antara Bali) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai perbaikan sistem logistik di Tanah Air khususnya untuk bahan pangan strategis, dapat membantu bank sentral dalam mengendalikan laju inflasi.
"Ketika inflasi rendah, kita ingin ini terjaga ke depan. Di 2016 ada risiko tekanan inflasi khususnya dari harga pangan yang tipenya bergejolak atau volatile food," ujar Agus usai rakor di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Jumat malam (12/2).
Sepanjang 2015 lalu, laju inflasi mencapai 3,35 persen, di batas bawah target inflasi bank sentral 3-5 persen.
Agus mencontohkan, fenomena El Nino yang terjadi pada tahun lalu mempengaruhi masa tanam dan masa panen sejumlah tanaman pangan dan kemudian juga sempat mengerek inflasi.
"Semester kedua 2016 akan ada La Nina yaitu kondisi basah yang lama. Akibatnya hortikultura itu bisa banyak yang mengalami kesulitan dan akhirnya bisa berikan tekanan terhadap harga," kata Agus.
Menurut Agus, untuk bisa mencapai ketahanan pangan, perbaikan infrastruktur pertanian dan infrastruktur terkait logistik menjadi suatu keharusan.
Di NTT sendiri akan ada 7 waduk yang dibangun untuk mendukung kapasitas produksi pertanian yaitu Raknamo, Rotiklot, Kolhua, Temef, Mbay, Napunggate, Manikin. Di NTB ada 5 waduk (Nila, Tanju, Bintang Bano, Rababaka, Mujur), dan di Bali ada 2 waduk (Telagawaja, Sidan). Waduk-waduk tersebut akan didukung oleh pembangunan irigasi teknis.
"Tapi kalau itu (waduk) sudah dibangun, harus diyakini irigasi harus jalan. Karena jaringan irigasi ini yang memungkinkan air sampai ke sawah-sawah dan bisa menjaga produktivitas pertanian," ujar Agus. (WDY)