Jakarta (Antara Bali) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai bencana longsor di awal
La Nina yang diperkirakan terjadi pada September 2016.
"Kita masih terus monitor gejala La Nina, belum tahu kepastiannya
akan seperti apa. El Nino diprediksi akan melemah setelah Maret lalu
menuju keseimbangan diikuti La Nina, dan dampaknya kemungkinan baru akan
terasa di akhir 2016," kata Kepala Pusat Meteorologi Publikasi BMKG
Mulyono R Prabowo di Jakarta, Rabu.
Seberapa intens La Nina akan terjadi, menurut dia, BMKG belum dapat
mengetahui seperti apa, meski pada umumnya akan lebih ringan. Hal yang
harus di waspadai justru untuk daerah dengan topografi curam yang sangat
rawan longsor.
Tanah yang pada saat El Nino menjadi sangat kering terkena air di
awal La Nina biasanya akan menjadi ringkih dan menimbulkan
pecahan-pecahan yang bisa memicu longsor.
BMKG, menurut dia, telah menginformasikan kondisi ini kepada pihak
terkait dan bekerja sama dengan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG) memetakan lokasi yang rawan atau berisiko longsor
tersebut.
Sedangkan La Nina dapat menimbulkan bencana banjir untuk skala
perkotaan seperti di Jakarta sangat dipengaruhi dengan intensitas hujan
di lokasi tersebut.
"Daerah selatan Jakarta akan lebih banyak turun hujan dan tentu berpengaruh dengan pusat Jakarta," ujar dia.
Daya serap tanah di perkotaan seperti Jakarta, menurut dia, juga
sangat mempengaruhi kemungkinan terjadinya banjir, selain juga faktor
pemicu alam lainnya seperti pasang air laut yang membuat air dari hulu
Jakarta tidak dapat mengalir ke laut.
"Kalau sudah seperti itu pakai pompa air pun tidak berpengaruh".
Menurut Mulyono, tidak secara linier hujan yang terjadi saat La Nina
nanti langsung dapat mengisi waduk-waduk atau embung yang dibangun.
Perubahan kondisi lingkungan sangat berdampak pada daya dukung serap tanah, katanya.
Jika lima tahun lalu serapan tanah masih besar, kondisinya tidak
sama saat ini yang kemungkinan disebabkan tutupan pohon yang semakin
sedikit, katanya.
Pada pertanian
Secara umum Indonesia mengalami dua musim, tetapi secara bersamaan
fenomena El Nino dan La Nina memberikan dampak berbeda pada dua musim
tersebut.
Curah hujan menurun saat El Nino terjadi meski sudah memasuki musim
hujan, dan jika terjadi saat musim panas maka kondisinya akan semakin
kering seperti yang terjadi di 2015. Dampak lainnya membuat musim hujan
menjadi mundur, dan tidak berarti waktunya juga akan lebih panjang.
Bulan Februari hingga Maret, ia mengatakan intensitas hujan
diperkirakan akan tinggi, namun setelahnya akan mulai berkurang.
BMKG bersama Kementerian Pertanian, menurut dia, telah membuat
kalender tanam dinamik sehingga dapat ditentukan juga kapan dan tanaman
apa yang cocok ditanam disesuaikan dengan musim. Informasi tersebut
sampai ke petani melalui penyuluh pertanian. (WDY)
Waspadai Longsor di Awal La Nina
Rabu, 13 Januari 2016 8:43 WIB