Chicago (Antara Bali) - Emas berjangka di divisi COMEX New York
Mercantile Exchange berakhir lebih rendah pada Senin (Selasa pagi WIB),
karena harga minyak mentah turun lebih dari dua persen selama liburan
akhir pekan di Amerika Serikat.
Para analis mencatat bahwa harga emas sering mengikuti pergerakan minyak
karena investor melihatnya untuk lindung nilai taruhan mereka terhadap
inflasi akibat minyak.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Februari turun 7,6 dolar
AS, atau 0,71 persen, menjadi menetap di 1.068,30 dolar AS per ounce.
Emas berada di bawah tekanan lebih lanjut setelah Federal Reserve cabang
Dallas merilis hasil survei manufakturnya pada Senin, menunjukkan
peningkatan aktivitas pabrik. Indeks produksi meningkat menjadi 13,4
selama Desember.
Indeks dolar AS, yang mengukur dolar terhadap sekeranjang mata uang
utama, naik 0,07 persen menjadi 97,94 pada pukul 17.45 GMT. Emas dan
dolar biasanya bergerak berlawanan arah.
Volume rendah adalah ciri dari hari ke hari karena dua liburan
berturut-turut pekan lalu, tetapi harga logam mulia diletakkan di bawah
tekanan lebih lanjut karena para analis percaya pasar tetap belum yakin
kapan kenaikan suku bunga berikutnya, dari tingkat 0,50 persen ke 0,75
persen, akan terjadi.
Alat Fedwatch menunjukkan probabilitas tersirat bahwa pasar percaya
bahwa The Fed akan menaikkan suku 0,50 persen ke 0,75 persen selama
pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Maret.
Probabilitas tersirat saat ini untuk kenaikan suku bunga 0,50 persen ke
0,75 persen mencapai 55 persen pada pertemuan Maret, dan 10 persen pada
pertemuan Januari.
Para analis percaya tujuan dari The Fed untuk menyerap sekitar 2,5
triliun dolar AS kelebihan cadangan bank-bank karena ekonomi AS mulai
pulih.
Bank-bank menjadi lebih berani mengambil risiko dalam kondisi ekonomi
"bullish", dan sebagai hasilnya berpotensi melepaskan beberapa kelebihan
cadangan mereka, membanjiri ekonomi dengan uang tunai dan menyebabkan
inflasi.
Tren jangka panjang untuk emas tetap sangat "bearish" menurut para
analis karena The Fed menaikkan suku bunganya pada Desember, yang
terjadi meskipun semula diharapkan akan menunda kenaikan suku bunga
hingga 2016.
Peningkatan suku bunga The Fed mendorong investor menjauh dari emas dan
menuju aset-aset dengan imbal hasil, karena logam mulia tidak mengenakan
suku bunga.
Sampai dengan pertemuan FOMC Desember, belum ada peningkatan suku bunga
The Fed sejak Juni 2006, sebelum awal krisis keuangan Amerika.
Perak untuk pengiriman Maret turun 49,5 sen, atau 3,44 persen, menjadi
ditutup pada 13,884 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman
Januari turun 3,4 dolar AS, atau 0,38 persen, menjadi ditutup pada
880,80 dolar AS per ounce. (WDY)
Emas Turun Terseret Harga Minyak yang Lebih Rendah
Selasa, 29 Desember 2015 7:15 WIB