Kabupaten Bogor (ANTARA) - Harga emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange turun pada Rabu (Kamis pagi WIB) karena dipicu follow-through selling pressure (penjualan lanjutan yang terjadi akibat tekanan jual sebelumnya) setelah data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan diumumkan pada Selasa (13/2).
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April tercatat turun 2,90 dolar AS atau 0,14 persen menjadi ditutup pada 2.004,30 dolar AS per ounce.
Dalam pidato yang disiapkan di Council on Foreign Relations di New York pada Rabu (14/2), Presiden Fed Chicago, Austan Goolsbe, mengatakan bahwa dirinya tak mendukung penundaan pemotongan suku bunga hingga inflasi mencapai 2 persen. Dia menambahkan bahwa sikap kebijakan bank sentral saat ini “cukup membatasi.”
"Pemotongan suku bunga harus dikaitkan dengan keyakinan berada di jalur menuju target," kata Goolsbee, seraya mencatat bahwa data inflasi yang sedikit lebih tinggi dalam jangka pendek masih konsisten dengan rencana Fed menuju target inflasi 2 persen.
Pernyataan Goolsbee muncul sehari setelah indeks harga konsumen AS yang lebih tinggi dari perkiraan mengurangi ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga pada awal tahun ini.
Analis berpendapat bahwa emas berada dalam tren bearish dalam jangka pendek. Resistance pertama terlihat di 2.010,00 dolar AS dan kemudian di 2.023,30 dolar AS. Support pertama terlihat di 1.996,40 dolar AS dan kemudian di 1.985,00 dolar AS.
Indeks harga produsen AS untuk Januari, indikator inflasi lain yang disukai oleh Federal Reserve, akan dirilis pada hari Jumat (16/2).
Terkait logam mulia perak, untuk pengiriman Maret naik 23,30 sen atau 1,05 persen menjadi ditutup pada 22,387 dolar per ounce. Harga platinum untuk pengiriman April naik 18,40 dolar AS atau 2,09 persen ditutup menjadi 897,30 dolar per ounce.