Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar menyuguhkan empat judul film peraih penghargaan internasional bertema "Seputar Kelahiran Kembali (Reborn)".
"Pemutaran film selama dua hari, 18-19 Desember 2015 mendapat perhatian besar dari anak-anak muda, seniman dan budayawan," kata staf Bentara Budaya Bali Putu Aryastawa di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, kegiatan yang cukup sukses itu didukung Alliance Francaise Bali dan Goethe Institut Indonesien.
"Reborn bukan semata-mata dimaknai sebagai kelahiran kembali secara fisik, namun Secara lebih luas, dapat diartikan sebagai lahirnya kesadaran baru, penemuan jatidiri, kemampuan untuk bertransformasi dari masa lalu, atau mengedepankan kemampuan kreatif seseorang, keluarga, maupun sekelompok masyarakat," ujar Putu Aryastawa.
Semangat Reborn tecermin dari upaya-upaya sang kreator atau sutradara film yang mempertanyakan hal-hal esensial dalam kehidupan sehari-hari bagi sebagaian besar masyarakat kerap dianggap sesuatu yang lumrah saja.
"Tema Reborn juga direpresentasikan dalam film fiksi maupun dokumenter. Ada empat judul film yang diputar selama dua hari itu," tutur Putu Aryastawa.
Pada film dokumenter "Alphabet" misalnya disajikan bagaimana upaya sutradara Erwin Wagenhofer dalam menganalisis sistem pendidikan modern saat ini. Film itu mengajak penonton untuk kembali memikirkan adanya kemungkinan bahwa sistem pendidikan saat ini justru menurunkan kapasitas anak-anak untuk berimajinasi, berkreativitas, dan berpikir independen.
Persoalan pencarian jati diri yang dihadapi seorang anak muda tertuang dalam film "Le Grand Voyage" karya sutradara Ismael Ferroukhi. Film itu mengisahkan perjalanan ziarah ayah dan anak yang telah meraih berbagai penghargaan dalam ajang internasional.
Demikian pula film berjudul "Neuland" merupakan sebuah film dokumenter arahan sutradara Anna Thommen yang mengisahkan sekelompok imigran muda yang menjalani masa belajar dan bekerja di sebuah negara maju di Eropa.
Mereka kemudian dihadapkan pada pertanyaan perihal kenyataan pelik: akankah tersedia tempat bagi mereka di negara-barunya itu, ujar Putu Aryastawa. (WDY)