Denpasar (Antara Bali) - Wilayah pedesaan di Bali mengalami deflasi sebesar 0,02 persen selama bulan Oktober 2015, lebih rendah dibanding deflasi tingkat nasional pada bulan yang sama tercatat 0,04 persen, atau terendah di Indonesia.
"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 17 provinsi di antaranya mengalami inflasi dan 16 provinsi mengalami deflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, inflasi pedesaan tertinggi terjadi Sulawesi utara yakni sebesar 0,68 persen dan inflasi terendah di Nusa Tenggara Barat (NTB) 0,05 persen.
Sedangkan deflasi terbesar terjadi di Bangka Belitung mencapai 0,81 persen dan deflasi terendah di Bali hanya 0,02 persen.
Panasunan Siregar menambahkan, hasil pemantauan harga-harga di daerah pedesaan di Bali pada bulan Oktober 2015 menunjukkan nilai tukar petani (NTP) mengalami kenaikan 0,36 persen dari 104,54 persen pada bulan September 2015 menjadi 104,91 persen pada bulan Oktober 2015.
Hal itu berkat indeks yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen dari 123,14 persen menjadi 123,65 persen.
Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen dari 117,80 persen menjadi 117,86 persen.
Panasunan Siregar menjelaskan, dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali terdiri atas tiga subsektir mengalami kenaikan dan dua subsektor menurun.
Tiga subsektor yang andilnya mengalami kenaikan meliputi tanaman pangan sebesar 2,24 persen, hortikultura 0,91 persen tanaman perkebunan rakyat 0,50 persen.
Sedangkan dua subsektor yang mengalami penurunan terdiri atas subsektor peternakan 1,25 persen dan subsektor perikanan 0,66 persen.
Nilai tukar petani diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani semakin tinggi NTP dan semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani. (WDY)
Bali Alami Deflasi Pedesaan Terendah di Indonesia
Rabu, 4 November 2015 13:06 WIB